Monday 23 November 2020

Analsisi Kebijakan Pendidikan Karakter dan K 13

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

            Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Persoalan itu memang tidak akan pernah selesai, karena substansi yang ditransformasikan selama proses pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah tekanan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan terlalu membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.

            Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia internasional.

B.     Rumusan Masalah

a.       Bagaimana latar belakang pendidikan karakter dan K 13 ?

b.      Apa teori kebijakan pendidikan karakter dan K 13 ?

c.       Bagaimana formulasi kebijakan pendidikan karakter dan K 13?

d.      Bagaimana implementasi kebijakan pendidikan karakter dan K 13 ?

e.      Bagaimana Evaluasi kebijakan pendidika dan K 13 ?

C.  Tujuan Pembahasan

a.       Untuk mengetahui latar belakang pendidikan karakter dan K 13 .

b.      Untuk mengetahui teori kebijakan pendidikan karakter dan K 13.

c.       Untuk mengetahui formulasi kebijakan pendidikan karakter dan K 13.

d.      Untuk mengetahui implementasi kebijakan pendidikan karakter dan K 13.

e.      Untuk mengetahui Evaluasi kebijakan pendidika dan K 13.

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Latar Belakang Pendidikan Karakter dan K13

1.      Latar Belakang Pendidikan Karakter

            Dalam dunia pendidikan telah hangat dan banyak dibicarakan mengenai pendidikan karakter. Dengan fakta yang menunjukkan bahwa karakter bangsa pada zaman globalisasi ini merosot dengan sangat tajam , hal ini lah yang melatarbelakangi munculnya pendidikan berkarakter.

            Dalam UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang terakhir dijelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan :[1]

Pendidikan akhlak (karakter) masih digabung dalam mata pelajaran agama dan diserahkan sepenuhnya pada guru agama.

            Karena pendidikan karakter sendiri, yang pelaksanaannya sepenuhnya dibebankan pada guru agama saja. Terang saja hingga kini pelaksanaan dari pendidikan karakter itu sendiri belum mencapai batas yang optimal. Hal ini terbukti dari fenomena sosial yang menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter.

            Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter tidak hanya diembankan pada guru agama saja, akan tetapi juga pada semua pihak yang berkepentingan serta bersangkutan. Bahkan dalam langkah selanjutnya pendidikan karakter perlu dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, di seluruh instansi pemerintah, ormas, partai politik, lembaga swadaya masyarakat, perusahan dan kelompok masyarakat lainnya. Juga dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter memerlukan peneladanan dan pembiasaan.

2.      Latar Belakang Kurikulum 2013

            Sebenarnya Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.[2]

            Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.

1.    Tantangan Internal

a.  Pemenuhan 8 (delapan)Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.

b.  Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan.

2.    Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.

a.   Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi informasi.

b.   Kompetensi masa depan antara lain  kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.

c.  Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.

d. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi, Psikologi, Observation based [discovery] learning dan Collaborative learning.

e.   Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, dan kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek..)

3.    Penyempurnaan Pola Pikir

Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir dalam proses pembelajaran sebagai berikut ini.[3]

a.        Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa.

b.        Dari satu arah menuju interaktif.

c.        Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.

d.       Dari pasif menuju aktif-menyelidiki.

e.        Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata.

f.         Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim.

g.        Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan.

h.        Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru.

i.          Dari alat tunggal menuju alat multimedia.

j.          Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif.

k.        Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan.

l.          Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.

m.      Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.

n.        Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan.

o.        Dari pemikiran faktual menuju kritis.

p.        Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

B.     Teori Kebijakan Pendidikan Karakter dan K 13    

1.      Teori Kebijakan Pendidikan Karakter

            Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,  Pemberdayaan sarana, prasarana ,dan, pembiayaan,dan, ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

2.      Teori Kebijakan Pendidikan K 13

            Secara filosofis Kurikulum 2013 mendasarkan diri pada empat faham filsafat pendidikan secara keseluruhan, yaitu perenialisme, esensialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Faham ini merupakan teori pendidikan yang dibawa oleh Theodore Brameld. Karakteristiknya bisa dilihat sebagai berikut  berikut:[4]

3.      Perenialisme

       Sasaran yang perlu dicapai dalam pendidikan adalah “kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan, kebenaran, dan nilai yang abadi dan tak terikat ruang dan waktu”

4.      Esensialisme

        Sasaran utama sekolah adalah untuk mengenakan siswa kepada karakter dasar alam semesta yang sudah tertata. Oleh karena itu, anak harus dikenalkan kepada warisan budaya sekaligus sebagai pelestari budaya.

5.      Progresifisme

       Sekolah adalah untuk meningkatkan kecerdasan praktis, yang membuat siswa lebih efektif dalam menghadapi dan memecahkan problem dalam kehidupan sehari-hari.

6.      Rekonstruktivisme

       Sekolah semestinya diabdikan kepada pencapaian tatanan sosial yang demokratis. Orientasi utama sekolah haruslah pembangunan masyarakat.

C.     Formulasi Kebijakan Karakter dan K 13

1.      Formulasi Kebijakan Pendidikan Karakter

            Kalau kita bicara tentang pendidikan karakter mestinya kita melihat dasarnya. Kalau era reformasi , sebagai dasarnya adalah hasil amandemen UUD 1945 ke IV (empat). Hasil amandemen UUD 1945 Ke IV ( tahun 2002) yaitu tentang pendidikan.

Pasal 31 berbunyi :

Ayat 3 : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional,yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ,yang diatur dengan undang-undang

Ayat 5 : Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradapan kesejahteraan umat manusia

2.      Formulasi Kebijakan Pendidikan K 13

a)      Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.[5]

b)      Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

c)      Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

d)     Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah berimbang antara sikap dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

e)      Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

f)       Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat oleh kompetensi inti.

g)      Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.

h)      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

D.    Implementasi Kebijakan Karakter dan K 13

1.      Implementasi Kebijakan Pendidikan Karakter

            Dalam implementasi kegiatan belajar mengajar dikelas, pengembangan dan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, menggunakan pendekatan integrasi dalam semua mata pelajaran. Kedua, pendidikan karakter menjadi mata pelajaran tersendiri dimana terpisah dari mata pelajaran lain.[6]

            Dalam satuan pendidikan, implementasi pendidikan karakter harus diciptakan lingkungan sekolah yang nyaman, aman, dan tertib. Sehingga memungkinkan peserta didik dengan warga satuan pendidikan lainnya terbiasa dan dibiasakan membangun dan mengembangkan kegiatan keseharian yang mencerminkan perwujudan karakter.

            Kegiatan ekstra kurikuler, implementasi pendidikan karakter dalam hal ini sebenarnya telah dikenal dalam kurikulum 1975 sebagai kegiatan pengembangan dan minat bakat peserta didik. Dalam hal ini peserta didik dipandang sebagai pribadi yang memiliki potensi yang berbeda-beda yang perlu diaktualisasikan dan membutuhkan kondisi kondusif untuk tumbuh dan berkembang. Mengingat pendidikan karakter  yang universal dan syarat dengan muatan nilai-nilai sedangkan alokasi waktu yang tersedia tebatas. Kegiatan ekstra kurikuler sebagai wahana yang tepat dalam pengembangan pendidikan karakter.

            Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan dari orang tua, tokoh masyarakat, dan komponen lainnya terhadap perilaku berkarakter mulia sehingga program yang dikembangkan di satuan pendidikan menjadi kegiatan keseharian di rumah dan lingkungan masyarakat masing-masing.[7]

2.      Implementasi Pendidikan K 13

Dalam implementasi pembelajaran mempunyai implikasi antara lain :[8]

  1. Implikasi bagi guru

  Kurikulum 2013 memerlukan guru  yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh mengigat harus mengintegrasikan dalam pembelajarannya.

  1. Implikasi bagi siswa

·         Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.

·         Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah

  1. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

·           Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. 

·           Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).

·           Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.

·           Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi

  1. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:[9]

·      Ruang perlu ditata disesuaikan dengan topik yang sedang dilaksanakan.

·      Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung

·      Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet

·      Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas

·      Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar

·      Alat, sarana dan sumber  belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.

e.       Implikasi terhadap Pemilihan metode

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran terintegrasi , maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.

E.     Evaluasi Kebijakan Pendidikan Karakter dan K 13

1.      Evaluasi Kebijakan Pendidikan Karakter      

            Pendidikan karakter merupakan program baru yang diprioritaskan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai program baru masih menghadapi banyak kendala. Kendala-kendala tersebut adalah:[10]

(1)            Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh. Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan sasaran program yang sangat besar. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada semua guru dengan baik sehingga mereka belum memahaminya.

(2)            Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pegampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.

(3)            Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-niai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan, sementara pelatihan masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya.

(4)            Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah.

2.      Evaluasi  kurikulum 2013

  1. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.[11]
  2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
  3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific
  4. Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
  5. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini.
  6. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.
  7. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang di ampu.
  8. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.
  9. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
  10. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
  11. Tingkat keaktifan siswa belum merata
  12. KBM umumnya saat ini mash konvensional

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

            Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter tidak hanya diembankan pada guru agama saja, akan tetapi juga pada semua pihak yang berkepentingan serta bersangkutan. Bahkan dalam langkah selanjutnya pendidikan karakter perlu dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, di seluruh instansi pemerintah, ormas, partai politik, lembaga swadaya masyarakat, perusahan dan kelompok masyarakat lainnya. Juga dalam pelaksanaannya, pendidikan karakter memerlukan peneladanan dan pembiasaan.

            Sebenarnya Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

            Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.

            Evaluasi Kebijakan Pendidikan Karaktaer Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah.

Evaluasi Kebijakan Pendidikan K 13 Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.


 

DAFTAR PUSTAKA

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsep dan Aplikasi dalam Lebaga Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2011.

Mulyasa, E. Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.2015.

Mulyoto, Strategi Pembelajaran di Era Kurikulm 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2013.

Majid , Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam.Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Amri, Sofan.  Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. .Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013.

 



[1] Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsep dan Aplikasi dalam Lebaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h.269

[2] E. Mulyasa, Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hal.164

[3] Ibid, hlm, 165

[4] Mulyoto, Strategi Pembelajaran di Era Kurikulm 2013, (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2013). Hal 114-115

[5] Ibid. Hal 121

[6] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.38-40

[7] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,… h. 40-41

[8] E. Mulyasa, Pengembangan dan Impelemtasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) hal.169

[9] Ibid, hlm, 169

[10] Abdul Majid. Op.Cit. hlm, 80.

[11] Sofan Amri, Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013) hal.35

No comments:

Post a Comment

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

  BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah pembe...