Konsep Ilmu Pengetahuan
“Ditujukan untuk memenuhi
tugas”
Mata Kuliah : Tafsir
Dosen :Ahmad.Darlis,M.Pd.I
Jurusan :
Tarbiyah - PAI (II-B)
Di susun Oleh
Kelompok 6 ( Enam )
Yeni Triana
Siti Fatimah
Suhendri
Putri Wulandari
Siti Hartina
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat
rahmat Nya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini merupakan
makalah Tafsir yang
membahas “Ayat
- Ayat Tentang Konsep Ilmu Pengetahuan ”.Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur
sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan mata kuliah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi . oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak dosen mata kuliah Tafsir 1 Bapak Ahmad Darlis,M.Pd.I yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada
kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Orang tua, teman dan kerabat yang
telah turut membantu,
membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.
Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan.Untuk itu
kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca guna meningkatkan kualitas makalah penulis selanjutnya.
Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah yang punya dan maha kuasa
.Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat
tersendiri bagi generasi muda islam yang akan datang, khususnya dalam bidang Tafsir.
Tanjung Pura, April
2016
Tim
Penyusun
Kelompok 6 ( Enam )
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk yang diberi akal dan pikiran, manusia dituntut
untuk berpikir serta menggali ilmu karena Islam sendiri telah mewajibkan untuk
menuntut ilmu pengetahuan. Berbicara tentang Ilmu Pengetahuan dalam hubungannya
dengan Al-Qur’an, ada persepsi bahwa Al-Qur’an itu adalah kitab Ilmu
Pengetahuan. Sekarang ini, di saat semua teknologi sudah canggih, dunia
membuktikan dengan banyaknya temuan-temuan terkini yang ternyata semuanya sudah
terdapat dalam Al-Qur’an. Penafsiran Al-Quran sendiri seolah tidak pernah
selesai, karena setiap saat bisa muncul sesuatu yang baru, sehingga Al-Quran
terasa selalu segar karena dapat mengikuti perkembangan zaman. Pada kesempatan
ini penulis hendak sedikit mengulas tentang ayat-ayat Al-Quran tentang ilmu
pengetahuan beserta tafsir dan analisisnya. Semoga apa yang penulis tulis dalam
makalah ini sedikit membantu pembaca dalam memperoleh khazanah-khazanah
keislaman yang baru.
Berbicara
tentang Ilmu Pengetahuan dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ada persepsi bahwa
Al-Qur’an itu adalah kitab Ilmu Pengetahuan. Persepsi ini muncul atas dasar
isyarat-isyarat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan. Dari isyarat
tersebut sebagian para ahli berupaya membuktikannya dan ternyata mendapatkan
hasil yang sesuai dengan isyaratnya, sehingga semakin memperkuat persepsi
tersebut.
B. Rumusan Masalah
a.
Tafsir Surah Al
Muzadilah Ayat 11
b.
Tafsir Surah Maryam
Ayat 42-43
c.
Tafsir Surah At Taubah
Ayat122
d.
Tafsir Surah Az-Zumar
Ayat 9
BAB II
PEMBAHASAN
A. QS. Al – Muzadalah Ayat 11
1. Terjemahan
Ayat
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ
تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا
قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ
وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
Artinya :
Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
2.
Tafsir
Ayat
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ
إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ (Hai
orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian,
"Berlapang-lapanglah) berluas-luaslah.[1] Kata (تفسّحوا) tafassahu dan
(افسحوا
) ifsahu terambil dari kata (فسح) fasaha, yakni lapang. Sedang kata (انشزوا) unsyzuterambil dari kata (نشوز) nusyuz, yakni tempat yang tinggi. Perintah
tersebut pada mulanya berarti beralih ke tempat yang tinggi. Yang
dimaksud di sini pindah ke tempat lain untuk memberi kesempatan kepada yang
lebih wajar duduk atau berada di tempat yang wajar pindah itu atau bangkit melakukan
satu aktifitas positif. Ada juga yang memahaminya berdirilah dari rumah Nabi,
jangan lama-lama di sana, karena boleh jadi ada kepentingan Nabi SAW yang lain
dan yang perlu segera beliau hadapi
فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ (dalam
majelis") yaitu majelis tempat Nabi saw. berada, dan majelis zikir
sehingga orang-orang yang datang kepada kalian dapat tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat Nabi Muhammad SAW. memberi
tuntunan agama ketika itu. Tetapi, yang dimaksud di sini adalah tempat
keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri, atau bahkan
tempat berbaring. Karena, tujuan perintah atau tuntunan ayat ini adalah memberi
tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati atau
yang lemah. Seorang tua non-muslim sekalipun jika Anda-wahai yang muda-duduk di
bus atau di kereta, sedang dia tidak mendapat tempat duduk, adalah wajar dan
beradab jika Anda berdiri untuk memberinya tempat duduk.[2]
فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ
لَكُمۡۖ (maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untuk kalian) di surga nanti. وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ (Dan apabila
dikatakan, "Berdirilah kalian") untuk melakukan salat dan hal-hal
lainnya yang termasuk amal-amal kebaikanفَٱنشُزُواْ (maka berdirilah) menurut qiraat lainnya kedua-duanya dibaca
fansyuzuu dengan memakai harakat damah pada huruf Syinnya
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مِنكُمۡ (niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antara kalian) karena ketaatannya dalam hal tersebut و (dan) Dia meninggikan pula َٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ
دَرَجَٰت
(orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat) di surga nanti. yang dimaksud dengan ( الّذين اوتواالعلم) yang diberi pengetahuan adalah
mereka yang beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berati
ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang pertama
sekadar beriman dan beramal saleh dan yang kedua beriman dan beramal saleh
serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok yang kedua ini menjadi lebih
tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan
pengajarannya kepada pihak lain, baik secara lisan, atau tulisan, maupun dengan
keteladanan. Ilmu yang di maksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu agama,
tetapi ilmu apapun yang bermanfaat.
وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِير (Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kalian kerjakan) Allah mengetahui segala perbuatanmu. Tidak ada samar bagi-Nya,
siapa yang taat dan siapa yang durhaka di antara kamu. Orang yang berbuat baik
akan dibalas dengan kebaikan, dan orang yang berbuat buruk akan dibalas-Nya
dengan apa yang pantas baginya, atau diampuni-Nya.[3]
Dari ayat tersebut dapat kita ketahui
bahwa para sahabat berlomba-lomba untuk berdekatan dengan tempat duduk
Rasulallah SAW untuk mendengarkan pembicaraan beliau yang mengandung banyak kebaikan
dan keutamaan yang besar. Diperintahkan pula untuk memberi kelonggaran dalam
majlis dan tidak merapatkannya, dan apabila yang demikian ini menimbulkan rasa
cinta didalam hati dan kebersamaan dalam mendengarkan hukum-hukum agama, maka
akan dilapangkan baginya kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat.
Isi kandungan pada ayat diatas
berbicara tentang etika atau akhlak ketika berada dalam majelis ilmu. Etika dan
akhlak tersebut antara lain ditunjukan untuk mendukung terciptanya ketertiban,
kenyamanan dan ketenangan suasana dalam majelis, sehingga dapat mendukung
kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Ayat diatas juga sering digunakan para
ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan, dengan
cara mengunjungi atau mengadakan dan menghadiri majeis ilmu. Dan orang yang
mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah.
Menurut Imam Al Qurthubi [4]"Maksud
ayat di atas yaitu, dalam hal pahala di akhirat dan kemuliaan di dunia, Allah
Subhanahu wa Taala akan meninggikan orang beriman dan berilmu di atas orang
yang tidak berilmu. Kata Ibnu Mas`ud, dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Taala
memuji para ulama. Dan makna bahwa Allah Subhanahu wa Ta ala akan meninggikan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat, adalah derajat dalam hal agama,
apabila mereka melakukan perintah- perintah Allah".
3. Asbabul Nuzul
Ayat
Adapun sebab diturunkan ayat di atas adalah
sebagai berikut:
· Diriwayatkan
bahwa apabila ada orang yang baru datang ke majlis Rasulullah, para sahabat
tidak mau memberikan tempat duduk kepada orang lain. Kemudian Allah menurunkan
ayat tersebut (al-Mujadilah: 11) sebagai perintah untuk memberikan tempat duduk
kepada orang yang baru datang (HR. Ibnu Jarir dari Qatadah).
· Dalam riwayat
yang lain dikemukakan bahwa ayat tersebut diturunkan pada hari Jum’at, di saat
pahlawan-pahlawan Badar datang ke forum pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang
yang hadir lebih awal tidak mau memberikan tempat duduk kepada mereka,sehingga
mereka terpaksa berdiri. Lalu Rasulullah menyuruh para sahabat yang sedang
duduk itu supaya mereka berdiri agar tamu yang baru datang mendapat tempat
duduk. Namun, orang-orang yang diperintah berdiri itu merasa tersinggung
perasaan mereka. Kemudian, Allah menurunkan ayat di atas (al-Mujadilah: 11)
yang memerintahkan kepada mereka untuk memberikan tempat duduk kepada
saudara-saudara mereka sesama mukmin (HR. Ibnu Abi Hatim dari Muqatil).[5]
B. Qs. Maryam ayat 42-43
1.
Terjemahan
Ayat
شَيْئًا
عَنْكَ يُغْنِي وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يَسْمَعُ
لَا مَا تَعْبُدُ لِمَ أَبَتِ يَا
لِأَبِيهِ قَالَ إِذْ
Artinya: Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?(Qs. Maryam :42)
Artinya: Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya: "Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?(Qs. Maryam :42)
سَوِيًّا
طًاصِرَ كَ هْدِأَ فَاتَّبِعْنِي يَأْتِكَ لَمْ
مَا الْعِلْمِ
مِنَ جَاءَنِي قَدْ
إِنِّي أَبَتِ يَا
Artinya: Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Qs. Maryam :43)
Artinya: Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Qs. Maryam :43)
Tafisr
Qs Maryam Ayat 42
لِأَبِيهِ قَالَ إِذْ
(Yaitu ketika ia berkata kepada bapaknya) yang bernama Azar,
أَبَتِ
يَا
("Wahai bapakku!) huruf Ta pada lafal Abati ganti dari Ya Idhafah, karena
keduanya tidak dapat dikumpulkan menjadi satu. Azar adalah penyembah berhala عَنْكَ
يُغْنِي وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يَسْمَعُ
لَا مَا تَعْبُدُ لِمَ (Mengapa kamu menyembah
sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu)
tidak dapat mencukupimu شَيْئًا
(sedikit pun?) baik berupa manfaat maupun bahaya.[6]
Tafsir
Qs. Maryam ayat 43
اطًاصِرَ
كَ هْدِأَ فَاتَّبِعْنِي يَأْتِكَ لَمْ
مَا الْعِلْمِ
مِنَ جَاءَنِي قَدْ
إِنِّي أَبَتِ يَا (Wahai bapakku!
Sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang
kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan)
penuntun سَوِيًّا
(yang lurus) tidak menyimpang dari kebenaran.
C. Qs. At- Taubah ayat 122
1.
Terjemahan
Ayat
۞وَمَا
كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَة
مِّنۡهُمۡ طَآئِفَة لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا
رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ ١٢٢
Artinya :
Tidak sepatutnya bagi mukminin
itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
2.
Tafsir
Qs.At Taubah ayat 122
Tatkala kaum
Mukminin dicela oleh Allah bila tidak ikut ke medan perang kemudian Nabi saw.
mengirimkan sariyahnya, akhirnya mereka berangkat ke medan perang semua tanpa
ada seorang pun yang tinggal, maka turunlah firman-Nya berikut ini[7]: لِيَنفِرُو وَمَا
كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ (Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi) ke
medan perang كَآفَّةۚ فَلَو لَا ۡ (semuanya. Mengapa tidak) نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَة (pergi dari
tiap-tiap golongan) suatu kabilah مِّنۡهُمۡ طَآئِفَة (di antara mereka
beberapa orang) beberapa golongan saja kemudian sisanya tetap tinggal di tempat
ئِفَة
لِّيَتَفَقَّهُواْ (untuk memperdalam pengetahuan mereka) yakni tetap tinggal di
tempat فِي
ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ (mengenai agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya) dari medan perang, yaitu dengan
mengajarkan kepada mereka hukum-hukum agama yang telah dipelajarinya ۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ (supaya mereka itu dapat menjaga dirinya) dari siksaan Allah,
yaitu dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sehubungan
dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a. memberikan penakwilannya bahwa ayat ini
penerapannya hanya khusus untuk sariyah-sariyah, yakni bilamana pasukan itu
dalam bentuk sariyah lantaran Nabi saw. tidak ikut. Sedangkan ayat sebelumnya
yang juga melarang seseorang tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut
berangkat ke medan perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi
saw. berangkat ke suatu ghazwah.[8]
Jadi dari
keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang beriman tidak wajib
pergi semua untuk berjihad dan meninggalkan negeri mereka dalam keadaan kosong.
Tapi harus tetap ada yang tinggal disana dan satu kelompok lagi yang keluar
menuntut ilmu yang bermanfaat. Apabila mereka kembali ke kampung halaman,
mereka wajib mengajarkan ilmu yang diperoleh kepada kaumnya yang tidak ikut
menuntut ilmu. Mereka harus memberikan pemahaman kepada kaumnya tentang agama
Allah SWT, memperingatkan mereka akan bahaya maksiat dan melanggar
perintah-Nya. Menyerukan supaya mereka bertakwa kepada Tuhan mereka dengan
mengamalkan kitab-Nya dan sunnah Nabi SAW.
Surat At-Taubah
ayat 122 di atas menunjukkan betapa pentingnya pendidikan Islam kepada
masyarakat, sehingga nabi SAW sendiri “Seolah-olah” melarang kaum muslimin ikut berperang semuanya, tetapi harus ada
sebagian dari mereka yang memfokuskan perhatiannya pada usaha mendalami ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu-ilmu agama Islam.
3.
Asbabun Nuzul Ayat
Diriwayatkan
oleh Ibn AbiHatim yang bersumberkan dari pada Ikrimah katanya, ketika turun
ayat bermaksud: “Jika kamu tidak pergi beramai-ramai (untuk berperang pada jalan
Allah – membela agama-Nya), Allah akan menyiksa kamu dengan azab siksa”
(At-Taubah: 39) beberapa orang penduduk kampung yang jauh dari bandar tidak
menyertai peperangan karena mengajar kaumnya tentang ilmu lalu orang-orang
munafik berkata: “Celakalah orang-orang dikampung itu karena ada segelintir
yang tidak turun ke medan perang”. Lalu turun ayat ini: وَمَا كَانَ
المُؤمِنُونَ لِيَنْفِرُواكاَفَّةًhingga akhirnya
D. QS. Az-Zumar ayat 9
1.
Terjemahana Ayat
أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ
انَآَ ءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدا وَقَآئِما يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ
رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا
يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٩
Artinya :
(Apakah kamu hai orang musyrik
yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan
sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan
rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.
Tafsir Ayat:
[9]
أَمَّنۡ Apakah orang) dibaca Amman, dan
dapat dibaca Aman هُوَ قَٰنِتٌ (yang beribadah)
yang berdiri melakukan amal ketaatan, yakni salat انَآَ ءَ ٱلَّيۡلِ (di waktu-waktu
malam) di saat-saat malam hari سَاجِدا وَقَآئِما (dengan sujud dan berdiri) dalam salat يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ (sedangkan ia takut
kepada hari akhirat) yakni takut akan azab pada hari itu وَيَرۡجُواْ
رَحۡمَةَ
(dan mengharapkan rahmat) yakni surga رَبِّهِ (Rabbnya) apakah
dia sama dengan orang yang durhaka karena melakukan kekafiran atau
perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Menurut qiraat yang lain lafal Amman dibaca
Am Man secara terpisah, dengan demikian berarti lafal Am bermakna Bal atau
Hamzah Istifham ۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ (Katakanlah, "Adakah sama orang-orang yong mengetahui
dengan orang-orang yong tidak mengetahui?") tentu saja tidak, perihalnya
sama dengan perbedaan antara orang yang alim dan orang yang jahil.
إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ (Sesungguhnya
orang yang dapat menerima pelajaran) artinya, man menerima nasihat أُوْلُواْ
ٱلۡأَلۡبَٰبِ
(hanyalah orang-orang yang berakal) yakni orang-orang yang mempunyai pikiran.
Allah
berfirman : Apakah orang yang beribadah secara tekun dan tulus di
waktu-waktu malam dalam keadaan sujud akan berdiri secara mantap
demikian juga yang rukuk dan duduk atau berbaring, sedang ia terus
menerus takut siksa akhirat dan saat yang sama senantiasa mengharapkan
rahmat Tuhannya sama dengan mereka yang baru berdoa saat mendapat
musibah dan melupakan-Nya ketika memperoleh nikmat serta menjadikan bagi Allah
sekutu-sekutu? Tentu saja tidak sama! Katakanlah : “Adakah sama
orang-orang yang mengetahui hak-hak Allah dan mengesakan-Nya dengan
orang yang tidak mengetahui hak Allah dan mengkufuri-Nya? Sesungguhnya
orang yang dapat menarik banyak pelajaran adalah Ulul Albab,
yakni orang-orang yang cerah pikirannya.[10]
Awal
ayat di atas ada yang membacanya aman dalam bentuk pertanyaan
dan ada juga yang membacanya amman. Yang pertama merupakan
bacaan Naafi, ini merupakan pendapat Ibnu Katsir, dan Hamzah. Ia
terdiri dari huruf alif dan man yang
berarti siapa. Kata man berfungsi sebagai subjek (mubtada),
sedang predikat (khabar)-nya tidak tercantum karena telah diisyaratkan
oleh kalimat sebelumnya yang menyatakan bahwa orang-orang kafir mengada-adakan
bagi Allah sekutu-sekutu dan seterusnya. Menurut Quraish
bahwa bacaan kedua amman adalah bacaan mayoritas ulama. Ini
pada mulanya terdiri dari dua kata yaitu am dan man,
lalu digabung dalam bacaan dan tulisannya. Ia mengandung dua kemungkinan makna.
Yang pertama kata am yang berfungsi sebagai
kata yang digunakan bertanya. Maka dengan demikian ayat ini bagaikan menyatakan
“Apakah si kafir yang mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah sama dengan yang
percaya dan tekun beribadah? Yang kedua, kata am berfungsi
memindahkan uraian ke uraian yang lain, serupa dengan kata bahkan. Makna ini
menjadikan ayat di atas bagaikan menyatakan. “ Tidak usah mengancam mereka,
tapi tanyakanlah apakah sama yang mengada-adakan sekutu bagi Allah dengan yang
tekun beribadah? Sedangkan kata qaanit terambil dari
kata qanuut, yaitu ketekunan dalam ketaatan disertai dengan
ketundukan hati dan ketulusannya. Sementara itu, ulama menyebut juga nama-nama
tertentu bagi tokoh yang dinamai qaanit oleh ayat di atas,
seperti Sayyidina Abu Bakar, atau ‘Ammar Ibnu Yasir ra. dan lain-lain. Ini
merupakan contoh dari sekian tokoh yang dapat menyandang sifat tersebut. Dengan
kata lain ayat di atas menggambarkan sikap lahir dan batin siapa yang tekun
itu. Sikap lahirnya digambarkan oleh kata-kata saajidan/ sujud dan qaaiman/
berdiri sedangkan sikap batinnya dilukiskan oleh kalimat yahdzaru
al-akhirata wa yarjuu ar-rahmah/ takut kepada akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya.
Analisa :
Pada ayat tersebut terlihat adanya hubungan orang yang
mengetahui (berilmu) dengan melakukan ibadah di waktu malam, takut terhadap
siksaan Allah di akhirat serta mengaharapkan ridha dari Allah; dan juga
menerangkan bahwa sikap yang demikian itu merupakan salah satu ciri dari ulul
al-bab, yaitu orang yang menggunakan hati untuk menggunakan dan mengarahkan
ilmu pengetahuan tersebut pada tujuan peningkatan akidah, ketekunan beribadah
dan ketinggian akhlak yang mulia.
Sehubungan dengan ayat هل يستوى
الّذين يعلمون والّذين لا يعلمون, al-Maraghi
mengatakan: “Katakanlah hai rasul kepada kaummu, adakah sama, orang-orang yang
menengetahui bahwa ia akan mendapatkan pahala karena ketaatan kepada tuhannya
dan akan mendapatkan siksaan disebabkan karena kedurhakaannya dengan orang yang
mengetahui al-hal yang demikian itu?” Ungkapan pertanyaan dalam ayat ini
menunjukan bahwa yang pertama (orang-orang yang mengetahui) akan dapat mencapai
derajat kebaikan; sedangkan yang kedua (-orang-orang yang tidak mengetahui)
akan mendapatkan kehinaan dan keburukan.
Imam Al Qurtubi berkata: "Menurut Az-Zujaj
Radhiyallahuanhu, maksud ayat tersebut yaitu orang yang tahu berbeda dengan
orang yang tidak tahu, demikian juga orang taat tidaklah sama dengan orang
bermaksiat. Orang yang mengetahui adalah orang yang dapat mengambil manfaat
dari ilmu serta mengamalkannya. Dan orang yang tidak mengambil manfaat dari
ilmu serta tidak mengamalkannya, maka ia berada dalam barisan orang yang tidak
mengetahui".
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah dapat disimplkan bahwa ilmu
pengetahuan memiliki kedudukan yang penting dalam alqu’an di buktikan dengan
banyaknya ayat yang mejelaskan keutamaan memuntut ilmu.
Allah
akan meninggikan tempat bagiorang-orang yang berilmu disurganya dan menjadikan
mereka di dalam surga termasuk orang-orang yang berbakti tanpa kekhwatiran dan
kesedihan. Mencari ilmu adalah sebuah kewajiban bagi umat manusia dan
mengamalkannya juga merupakan ibadah. Semakin tinggi ilmu yang dikuasai, semakin
takut pula kepada Allah SWT sehingga dengan sendirinya akan mendekatkan diri
kepada-Nya.
B. Saran
Demikian makalah ini penyusun buat,
penyusun mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan.
Penyusun meminta kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR FUSTAKA
Al-Mahalliy Jalalud–
Din –dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Terjemahan Mahyudin Syaf dan Bahrun
Abubakar Bandung:Sinar Baru,Cet 1,1990.
Shihab,
M. Quraish.Tafsir Al-Mishbah, Vol.
13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002
Al-Maraghiy.
Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghiy, juz XXVIII
Muhammad
al-Wahidi, Asbab al-Nuzul,
Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2012
Hamka, Tafsir Al-Azhar Jilid 10 Jakarta : Pustaka Panjimas, 1998.
[1] Jalalud– Din – Al-Mahalliy dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul
Terjemahan Mahyudin Syaf dan Bahrun Abubakar ( Bandung:Sinar Baru,Cet 1,1990)
hal.2402
[6] Jalalud– Din – Al-Mahalliy
dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Terjemahan Mahyudin Syaf dan Bahrun Abubakar
( Bandung:Sinar Baru,Cet 1,1990) hal.2402
[7] Ibid.hal.819
[8] Ibid.hal.819
[9] Ibid.hal.1989-1990