Tuesday, 31 January 2017

Anjuran Belajar mengajar




Anjuran Belajar mengajar

“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah    : Tafsir
Dosen              :Ahmad.Darlis,M.Pd.I
Jurusan            : Tarbiyah - PAI  (II-A)

Di susun Oleh
Kelompok 7 ( Tujuh )

Husnah Hukmanda
Indana Zulfa
Marimar Dongoran
Yusrah


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini merupakan makalah Tafsir  yang membahas Anjuran Belajar Mengajar  .Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan mata kuliah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala­­-kendala yang kami hadapi teratasi . oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak dosen mata kuliah Tafsir 1  Bapak Ahmad Darlis,M.Pd.I yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2.  Orang tua, teman dan kerabat  yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.
Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan.Untuk itu kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah  yang punya dan maha kuasa .Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat tersendiri bagi generasi muda islam yang akan datang, khususnya dalam bidang Tafsir.



Tanjung Pura,  April  2016

Tim Penyusun
     Kelompok 7 ( Tujuh )



DAFTAR ISI

 






BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

  Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik.

B.      Rumusan Masalah

  1. Apa tafsiran surat Al-Alaq 1- 5?
  2. Seperti apakah tafsiran surat Al-Ghaasyiyah ayat 17-20?
  3. Bagaimana tafsiran surat Ali Imran ayat 190 -191?
  4. Bagaimana juga tafsiran surat At-Taubah ayat 122?
  5. Bagaimana tafsiran Al- Ankabut 19-20?



BAB II

PEMBAHASAN


A.     Tafsiran surat Al-Alaq 1- 5

https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSpRNL4ooqHL-eeqeUP-J__w92NXfHMd_1tUDwMumcnBG9oW2yB
 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam”. [1]
Disebutkan dalam hadits-hadits sahih bahwa Nabi Muhammad saw. Mendatangi gua hira’ untuk tujuan beribadah beberapa hari, beliau kembali kepada istrinya (Siti Khadijah) untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari didalam gua, beliau dikejutkan oleh mlaikat pembawa wahyu ilahi. Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!” beliau menjawab “saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga Nabi kepayahan dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, “Bacalah!” kemudian Nabi menjawab dengan jawaban yang sama. Yang ketika barulah nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh malaikat yaitu surah al Alaq 1-5.
ayat 1). “Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta.” Dalam waktu pertama saja, yaitu “bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi SAW disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama Allah, Tuhan yang telah mencipta. Jadi jells bahwa Allah dalam surah pertama menjelaskan bahwa ayat petama yang diturunkan mengenai pendidikan. Dan diayat pertama juga telah berlangsung pendidkan tingkat Tinggi dari alllah kepada Jibril  unruk Nabi Muhammad. Saw.[2]
Syekh “Abdul Halim Mahmud (mantan pemimpin tinggi Al-Azhar Mesir) sebagaimana dikutip Quraish Shihab dia menulis dalam bukunya al-Qur’an Fi Syahr al-Qur’an: “ dengan kalimat iqra’ bismi Rabbika, al-Qur’an tidak hanya sekedar menyuruh membaca, tetapi membaca adalah lambang dari segala apa yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat tersebut dalam pengertian dan semangatnya ingin menyatakan “bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu” . demikian juga ketika kita berhenti melakukan aktifitas hendaklah didasari pada Bismi rabbika sehingga akhirnya ayat itu berarti “jadilah seluruh kehidupanmu, Wujudmu, dalam cara dan tujuanmu, kesemuanya demi karena Allah semata”.[3]
(ayat 2). Yaitu “Menciptakan manusia dari segumpal darah.” Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya, air itu telah menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging (Mudhghah).
 (ayat 3). “Bacalah! Dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia.” Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca di atas nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruhnya membaca di atas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah Yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada Makhluk-Nya.
(ayat 4). “Dia yang mengajarkan dengan qalam.” Itulah keistimewaan Tuhan itu lagi. Itulah kemuliaan-Nya yang tertinggi. Yaitu diajarkan-Nya kepada manusia berbagai ilmu, dibuka-Nya berbagai rahasia, diserahkan-Nya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena! Di samping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia
(ayat 5). “Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu.” Lebih dahulu Allah Ta’ala mengajar manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya:
            Maka di dalam susunan kelima ayat ini, sebagai ayat mula-mula turun kita menampak dengan kata-kata singkat Tuhan telah menerangkan asal-usul kejadian seluruh manusia yang semuanya sama, yaitu daripada segumpal darah, yang berasal dari segumpal mani.
Ar-Razi menguraikan dalam tafsirnya,[4] bahwa pada dua ayat pertama disuruh membaca di atas nama Tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung qudrat, dan hikmat dan ilmu dan rahmat. Semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada ayat yang seterusnya seketika Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah suatu isyarat bahwa ada juga di antara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat difahamkan kalau tidak didengarkan dengan seksama. Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan. Dan di tiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan siapa Tuhan itu tidaklah akan dikenal kalau bukan dengan perantaraan Nubuwwat, dan nubuwwat itu sendiri pun tidaklah akan ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan.
Dari semua yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Manusia adalah makhluk yang yang dapat dan harus didik
2.      Dengan pendidikan, potensi keagamaan dan potensikemanusian akan berkembang secara normal dan wajar.
3.      Dengan pendidikan, martabat kemanusiaan akan terjaga dan akan terus meningkat menuju kesempurnaan
4.      Dengan pendidikan, sifat sifat jelek manusia akan dapat dikurangi.[5]



B.     Tafsiran surat Al-Ghaasyiyah ayat 17-20
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.”[6]
Dalam kandungan ayat ini Allah SWT mengajak orang-orang yang meragukan kekuasaannya untuk memperhatikan alam raya. Allah berfirman maka apakah mereka tidak memperhatikan bukti kuasa allah yang terbentang di alam raya ini, antara lain kepada unta yang menjadi kendaraan dan bahan pangan mereka bagaimana ia diciptakan oleh Allah dengan sanngat mengagumkan? dan apakah mereka tidak merenungkan tentang langit yang demikian luas dan yang selalu mereka saksikan bagaimana ia ditinggikan tanpa ada cagak yang menopangnya? Dan juga gunung-gunung yang demikian tegar dan mereka bias daki bagaimana ia ditergakkan? Dan bumi tempat kediaman mereka dan yang tercipta bulat bagaiman ia dihamparkan?
Penggunaan kata illa/kepada yang digandeng dengan kata yanzhurun/melihat aatau memperhatikan, untuk mendorong setiap orang melihat sampai batas ahkir yang dituunjuk oleh kata ila itu dalam hal ini unta. Sehingga pandangan perhatian bnar-benar menyeluruh, sempurna dan mantap agar dapat menarik darinya sebanyak mungkin bukti tentang kuasa allah da kehebatan ciptaannya.
 (17) “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan.”
Apakah kaum musyrikin mengingkari apa yang telah Kami ceritakan kepada mereka tentang hari kebangkitan dan apa yang berkaitan dengannya tentang kebahagiaan dan kesengsaraan ? Tidakkah mereka memperhatikan perihal kejadian binatang unta yang menakjubkan dan selalu ada dihadapan mereka serta selalu mereka pergunakan pada setiap kesempatan ? Jika mereka mau memikirkan perihal penciptaan unta tersebut, niscaya mereka akan mendapatkan bahwa di dalam penciptan unta terdapat suatu keajaiban diantara binatang-binatang lain. Unta yang bertubuh besar, berkekuatan prima serta memiliki ketahanan yang tinggi dalam menanggung lapar dan dahaga. Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat, berjalan di terik matahari sahara tanpa berhenti  dan menempuh perjalanan sepanjang ribuan kilometer, sehingga binatang ini patut menyandang gelar istimewa sebgai perahu sahara.
Ciri khas lain dari unta adalah wataknya yang penurut, baik anak kecil maupun dewasa. Iapun tetap bersabar disakiti oleh keduanya. untuk memberi makan kepadanya, cukuplah apa yang ada di padang penggembalaan berupa daun-daunan dan pohon berduri. Di kalangan orang arab, unta di anggap sebagai binatang yang menakjubkan, karena mereka sudah kenal betul dengan watak dan tabiatnya.
Ayat ini dipaparkan dalam kalimat istifham (bertanya) yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sanggahan tersebut berupa argumen dengan dassar-dasar ilmu pengetahuan islam yang didapatkan orang muslim dari Rasulnya, sehingga secara tidak langsung terjadi proses belajar mengajar sebagai landasan orang muslim, baik itu ilmu pengetahuan, filsafat, dan ilmu-ilmu lainnya.[7]
(18). “Dan langit bagaimana ia tinggikan?”Apakah mereka tidak memperhatikan kejadian langit yang terangkat demikian tingginya tanpa memakai tiang penyangga ? Dengan demikian, seseorang yang menginginkan derajat yang tinggi di sisi Allah , maka ia wajib menuntut ilmu setinggi-tingginya.
(19)”Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan ?Apakah mereka tidak memperhatikan kepada kejadian gunung- gunung, bagaimana gunung- gungung tersebut di pancangkan sedemikian kokohnya sehingga tidak goyah atau goncang? Demikian juga seperti orang yang sudah memiliki ilmu pengetahuan maka ia mempunyai landasan yang kuat,  dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang bertentangan.
(20) Dan bumi bagaimana di hamparkan ? Dan dengan dihamparkannya bumi sedemikian rupa, ia sangat cocok untuk kebutuhan para penghuninya. Mereka bisa memanfaatkan apa-apa yang ada di permukaan bumi dan apa-apa yang ada di dalam perut bumi berupa aneka jenis tambang dan mineral yang memberi faedah bagi kehidupan mereka Dengan demikian, ibarat manusia yang sudah mempunyai ilmu ataupun iman dengan landasan yang kuat, ilmu tersebut dapat digunakan atau dimanfaatkan ilmunya dengan baik.
Allah sengaja memaparkan semua ciptaannya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal dan mau belajar tentu akan mau memikirkan apa-apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan mau mempelajari bagaimana memperhatikan unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas – ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan ke kanan – tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika meluruskan pandangannya atau menunduk – ia akan melihat bumi yang terhampahar. Bagi orang-orang arab dalam kesehariannya mereka tentu akan melihat kesemuanya itu.
Sebab itu Allah memerintahkan mereka agar mau belajar memikirkan seluruh kejadian benda-benda di alam semesta. Dengan seperti itu manusia dapat mempelajari hal-hal ( yang telah diciptakan oleh Allah dari penciptaan yang fakta, manusia dapat melihat lalu menggerakkan otaknya untuk berfikir bagaimana Allah menciptakan semuanya semesta alam. Apabila mereka telah mempelajari dan memperhatikan semua tentang ciptaan Allah dengan seksama, tentu mereka akan mengakui bahwa penciptanya dapat membuktikan manusia pasti akan kembali pada hari kiamat nanti, dengan bertujuan beriman kepada Allah. [8]

C.     Tafsiran surat Ali Imran ayat 190 -191

 Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka."[9]
Tafsir Kontemporer (oleh kementrian agama RI)
(190.) Ketika sedang tidur dengan istrinya yaitu Aisyah, Rasulullah beranjak dari tidurnya dan mengambil wudhu untuk shalat, membaca dan merenungkan Al- Qur’an. Beliau merasa seperti seorang hamba yang tidak bersyukur kepada Allah. Karena berkaitan dengan memikirkan pergantian siang dan malam, mengikuti terbit dan terbenamnya matahari, siang lebih lama dari malam dan sebaliknya. Semuanya itu menunjukkan atas kebesaran dan kekuasaan penciptanya bagi orang- orang yang berakal. Memikirkan terciptanya langit dan bumi, pergantian siang dan malam secara teratur dengan menghasilkan waktu- waktu tertentu bagi kehidupan manusia merupakan satu tantangan tersendiri bagi kaum intelektual beriman. Mereka diharapkan dapat menjelaskan secara akademik fenomena alam itu, sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Tuhan tidaklah menciptakan semua fenomena itu dengan sia- sia.
(191). Salah satu ciri khas bagi orang berakal yang merupakan sifat khusus manusia dan kelengkapan ini dinilai sebagai makhluk yang memiliki keunggulan dibanding makhluk lain, yaitu apabila ia memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah, ia selalu menggambarkan kebesaran Allah, mengingat dan mengenang kebijaksaan, keutamaan dan banyaknya nikmat Allah kepadanya, ia selalu mengingat Allah di setiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk atau berbaring. Tidak ada satu waktu dan keadaan dibiarkan berlalu begitu saja, kecuali diisi dan digunakannya untuk memikirkan tentang penciptaan dan bumi. Memikirkan keajaiban- keajaiban yang terdapat didalamnya, yang menggambarkan kesempurnaan alam dan kekuasaan Allah.
Akhirnya setiap orang yang berakal akan mengambil kesimpulan dan berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini semua, yaitu langit dan bumi serta segala isinya dengan sia- sia, tidak mempunyai hikmah yang mendalam dan tujuan tertentu yang akan membahagiakan kami di dunia dan akhirat. Maha suci Engkau Ya Allah dari segala sangkaan yang bukan- bukan yang ditujukan kepada Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka yang telah disediakan bagi orang- orang yang tidak beriman.
Penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dam siang, sungguh merupakan fenomena yang sangat kompleks, yang terus- menerus menjadi objek penelitian umat manusia, sejak awal lahirnya peradaban manusia.
Hanya para ilmuan dan filosof yang sangat ulung dan tekun serta tawadhu’, yang akan mampu menyingkap rahasia alam ini. Merekalah yang disebut sebagai  Ulil Albab yang pada kesimpulannya “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia- sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka”.[10]
Intinya surat Ali Imran ayat 190-191 adalah Semua ciptaan Allah sebagai wujud kekuasaan- Nya dapat dijadikan objek pembelajaran dan ilmu pengetahuan oleh orang yang berfikir.


D.    Tafsiran surat At-Taubah ayat 122


http://www.surah.my/images/s009/a122.png
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Pemahaman terhadap ayat ini hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan tersebut amat erat dengan pendidikan, khususnya untuk memperdalam ilmu pengetahuan. “Mengapa tidak pergi dari setiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama”.
Artinya, meganjurkan dengan gencarnya, untuk memperdalam pengetahuan agama, sehingga manusia dapat memperoleh manfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
Bukan hanya sekedar pengetahuan namun kesungguhan upaya  yang dengan keberhasilan upaya itu para pelaku menjadi pakar-pakar dalam bidangnya.[11]
Disebutkan dalam tafsir al-mishbah ayat ini menuntun kaum muslim untuk membagi tugas dengan menegaskan bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin yang selama ini dihancurkan agar bergegas menuju medan perang. Mereka pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-tigas lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum. Maka mereka tidak pergi dari setiap golongan, yakni kelompok besar diantara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguh-sungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka dan untuk orang lain dan juga untuk memberi peringatan kepada kaum mereka yang menjadi anggota pasukan yang ditugaskan Rasulullah SAW itu apabila nanti telah selesainya tugas mereka yakni anggota pasukan itu telah kembali kepada mereka yang ,memperdalam pengetahuan itu, supaya mereka yang jauh dari Rasulullah SAW karena tugasnya dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka.[12]

E.     Tafsiran surat Al - Ankabut ayat 19- 20

http://www.theonlyquran.com/quran_text/29_19.png
http://www.theonlyquran.com/quran_text/29_20.png

Artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(19) Katakanlah:` Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(20)”
      Sebagian ulama memandang ayat ini ditujukan kepada penduduk Mekah yang masih tidak mau beriman kepada Rasulullah. Tetapi jumhur mufassirin berpendapat bahwa ayat ini masih merupakan rangkaian dari peringatan Nabi Ibrahim as kepada kaumnya. Di sini Allah menegaskan bilamana orang-orang kafir masih tidak juga percaya kepada Allah Yang Maha Esa menurut apa yang disampaikan oleh para Rasul-Nya, maka mereka diajak untuk melihat dan memikirkan tentang proses kejadian diri mereka sendiri sejak dari permulaan sampai akhir.
      Allah SWT berfirman, menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. bahwa Ibrahim memberi petunjuk kepada kaumnya untuk membuktikan adanya hari bangkit yang mereka ingkari melalui apa yang mereka saksikan dalam diri mereka sendiri. Yaitu bahwa Allah SWT menciptakan yang pada sebelumnya mereka bukanlah sesuatu yang disebut – sebut ( yakni tiada ). Kemudian mereka ada dan menjadi manusia yang dapat mendengar dan melihat. Maka Tuhan yang memulai penciptaan itu mampu mengembalikannya menjadi hidup kembali, dan sesungguhnya mengembalikan itu mudah dan ringan bagi-Nya.
Kemudian Ibrahim memberi mereka petunjuk akan hal tersebut melalui segala sesuatu yang mereka saksikan di cakrawala, berupa berbagai macam tanda – tanda kekuasaan Allah yang telah menciptakan-Nya. Yaitu langit dan bintang – bintang yang ada padanya, baik yang bersinar maupun yang tetap beredar. Juga bumi serta lembah – lembah, gunung – gunung yang ada padanya, dan tanah datar yang terbuka dan hutan – hutan, serta pepohonan dan buah – buahan, sungai – sungai dan lautan, semua itu menunjukkan statusnya sebagai makhluk, juga menunjukkan adanya yang menciptakannya, yang mengadakannya serta memilih segalanya.
            Dengan melakukan perjalanan di bumi seperti yang telah diperintahkan dalam ayat ini, seseorang akan menemukan banyak pelajaran yang berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam maupaun dari peninggalan – peninggalan lama yang masih tersisa puing – puingnya.
Ayat di atas adalah pengarahan Allah untuk melakukan riset tentang asal usul kehidupan lalu kemudian menjadikannya bukti.
Sebagai tambahan perjuangan mencari ilmu pengetahuan merupakan tugas atau kewjiban bagi setiap muslim baik bagi laki-laki maupun wanita. Menurut Nabi , tinta para pelajar nilainya setara dengan darah para syuhada’ pada hari pembalasan.dengan demikian, para pelaku dalam proses belajar mengajar, yaitu guru dan murid dipandang sebagai ‘‘ orang-orang terpilih’’ dalam masyarakat yang telah termotivasi secara kuat oleh agama untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan mereka.[13]



BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

            Pada pokoknya, ayat-ayat di atas mengingatkan kita akan pentingnya mencari ilmu serta juga mengamalkan ilmu karena ayat-ayat tersebut semuanya berkenaan dengan kewajiban kita atau manusia dalam belajar dan mengajar. Allah telah membuktikan kekuasaannya kepada manusia, tentunya manusia harus bisa mensyukuri dan mentafakuri akan nikmat dan ke Maha Besaran Allah SWT.

B.     Saran

            Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.



DAFTAR PUSTAKA


Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim Dan Terjemahnya.Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1996.
Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Tafsirnya.Jakarta: Lentera Abadi, 2010.
Mustafa, Ahmad, Al-Maraghi.Semarang: PT. Karya Toha Putra, cet. II 1993.
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Misbah.Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Ar Razi, Fahr , Tafsir Al- Kabir, Beirut: Dar Ilhya At- Tahourat Al- Araby. Jilid V.2001.
Nanang  Ghozali, Tafsir dan Hadis Tentang Pendidikan.(Bandung: Pustaka Setia, 2013.



[1] Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim Dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1996)
[2] Nanang  Ghozali, Tafsir dan Hadis Tentang Pendidikan.(Bandung: Pustaka Setia, 2013) hal. 83
[3] Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, Dan Keserasian Al-Qur’an, (: lentera Hati, 2002. Volume 15) hal 394
[4] Ar Razi, Fahr , Tafsir Al- Kabir, Beirut: Dar Ilhya At- Tahourat Al- Araby. Jilid V,( 2001 ) Hal 100.
[5]  Ghozali, Nanang. Op.cit. hal. 90
[6] Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim Dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1996)

[7] Ahmad Mustafa, Al-Maraghi (Semarang: PT. Karya Toha Putra, cet. II,.1993), hal. 242

[8] Ibid, hal. 243-246
[9] Departemen Agama RI, Al Qur’an Al Karim Dan Terjemahnya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1996
[10] Departemen Agama RI, A-Qur’an dan Tafsirnya, (jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 647
[11] M. Quraish shihab,Tafsir Al Misbah(Jakarta: Lentera Hati,2002), hal. 492
[12] Ibid, hal.492-493
[13] M. Quaisy Shihab. Tafsir al-Misbah Vol 15. Jakarta. Lentera Hati. 2002. hlm. 468

No comments:

Post a Comment

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

  BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah pembe...