Sunday 26 February 2017

Lingkungan Pendidikan




Lingkungan Pendidikan

. 8
 


BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

            Lingkungan pendidikan Islam merupakan karakter pendidikan yang semestinya diberlakukan secara nasional di negara kita. Islam adalah manhaj Rabbani yang sempurna, tidak membunuh fitrah manusia, dan diturunkan untuk membentuk pribadi yang sempurna dalam diri manusia artinya, pendidikan Islam dapat membentuk pribadi yang mampu mewujudkan keadilan ilahiah dalam komunitas manusia serta mampu mendayagunakan, sebab bagaimanapun bila berbicara tentang lembaga pendidikan sebagai wadah berlansungnya pendidikan maka tentunya akan menyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut dilaksanakan.
            Lingkungan yang nyaman dan mendukung terselenggaranya suatu pendidikan amat dibutuhkan dan turut berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. [1]
KI Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan tersebut sebagi tripusat pendidikan maksudnya tiga pusat pendidikan yang secara bertahap dan terpadu mengembang suatu tanggung jawab pendidikan bagi generasi mudanya. [2]
            Dari urian diatas dapat diketahui bagaimana pentingnya Lingkungan terhadap terjadinya proses pendidikan terutama pendidikan Islam. Makanya kita akan menguraikan makalah ini yang berjudul Lingkungan Pendidikan Islam.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memberikan batasan/rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah pengertian lingkungan pendidikan islam?
2.      Apa macam-macam lingkungan pendidikan Islam?

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam

            Pengertian lingkungan menurut Sartain ( ahli pisikolog Amerika ) yang dimaksud dengan lingkungan yaitu meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan perkembangan atau life processes.[3]
            Pengertian lingkungan menurut Zakiah Darajat mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal adat istiadat, pengetahuan pendidikan dan alam. dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak,  kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang.[4]
            Menurut Abuddin Nata bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah suatu institusi atau lembaga dimana pendidikan itu berlansung yang terdapat didalamnya ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan islam dengan baik.[5]

B.     Macam-macam lingkunganPendidikan Islam

Menurut Milieu, yang dimaksud lingkungan ditinjau dari perspektif pendidikan Islam adalah sesuatu yang ada disekeliling tempat anak melakukan adaptasi, meliputi:
1.      Lingkungan alam, seperti udara, daratan, pegunungan, sungai, danau, lautan, dsb.
2.      Lingkungan Sosial, seperti rumah tangga, sekolah,dan masyarakat.
Kihajar Dewantara mengartikan lingkungan dengan makna yang lebih simple dan spesifik. Ia mangatakan  bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan berada dalam 3 pusat lembaga pendidikan, yaitu:
1.      Lingkungan keluarga
2.      Lingkungan Sekolah
3.      Lingkungan Organisasi pemuda atau kemasyarakatan.[6]
Menurut Drs.Abdurrahman Saleh ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagaman anak, yaitu:
1.      Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkebaratan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
2.      Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin. Biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
3.      Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama. Lingkungan ini memberikan motivasi (dorongan) yang kuat kepada anak untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada.
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan pendidikan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Pengaruh lingkungan positif
2.      Pengaruh lingkungan negatif
3.      Pengaruh netral

a.      Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter manusia. Keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya.  Di keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya.
Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, karena didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak.
Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya yang berbunyi:
كلّ مولودٍ يولد على الفطرة وانّما ابواه يمجّسا نه او يهـوّ دانه او ينصّرانه
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani”
Berdasarkan hadist tersebut, jelaslah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak didik. Anak dilahirkan dalam keadaan suci, adalah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidiknya.[7]
Dalam hal ini Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka…..(at-Tahrim:6)
Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada kedua orang tua yang kelak akan diminta pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya.
Keluarga dalam perspektif pendidikan Islam memiliki tempat yang sangat strategis dalam pengembangan kepribadian hidup seseorang. Baik buruknya kepribadian seseorang akan sangat tergantung pada baik buruknya pelaksanaan pendidikan Islam di keluarga. Termasuk yang jauh lebih penting lagi adalah peran orang tua menanamkan nilai-nilai keagamaan dan keimanan anak. Model pendidikan keimanan yang diberikan orang tua kepada anak, dituntut agar lebih dapat merangsang anak dalam melakukan contoh perilaku orang tua (uswatun hasanah).
Suatu kehidupan yang baik sesuai dan tetap menjalankan agama yang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikan sekolah oleh karena melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuh dan berkembang secara wajar keserasian yang pokok harus terbina adalah keserasian anatara ibu dan ayah, yang merupakan komponen pokok dalam setiap keluarga  seorang ibu secara intuisi mengetahui alat-alat pendidikan apa yang baik dan dapat digunakan sifatnya yang lebih halus dan perasa iru adalah unsur yang paling melengkapi dan isi mengisi yang membentuk suatu keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan suatu keluarga.[8]

b.       Lingkungan Sekolah

            Pada dasarnya sekolah harus merupakan suatu lembaga yang membantu bagi terciptanya cita-cita keluarga dan masyarakat , khususnya masyarakat Islam dalam bidang pengajaran  yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalam rumah dan masjid. Bagi ummat Islam , lembaga pendidikan yang dapat memenuhi harapan ialah lembaga pendidikan Islam , artinya bukan sekedar lembaga yang didalamnya diajarkan agama Islam , melainkan suatu lembaga pendidikan yang secara keseluruhan bernafaskan Islam hal itu hanya mungkin terwujud jika terdapat keserasian antara rumah dan sekolah dalam pandangan keagamaan.
            Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja dibentuk guna untuk mendidik daan membina generasi muda ke arah tujuan tertentu,terutama untuk membekali anak dengan pengetahuan dan kecakapan hidup ( life skill) yang dibutuhkan kemudian hari. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak-anak dan remaja.
            Anak-anak dari keluarga muslim yang bersekolah sesungguhnya secara serempak hidup dalam tiga lingkungan , yaitu keluarga, Masjid dan sekolah. ketiga unsur itu harus serasi dan saling mengisi dalam membentuk kpribadian anak didik.
            Sekolah dan pengaruhnya terhadap pendidikan dalam perkembangannya , sekolah baru dapat didirikan seperti sekarang setelah melampauhi periode yang cukup panjang. pengetahuan awal seorang anak bermula dari orang tua dan masyarakat yang secara tidak langsung memberikan berbagai pengetahuan dasar , walaupun tidak sistematis dan seterusnya.
Sekolah pada zaman Rasulullah Saw. Kondidsi aktivitas persekolahan baru mengalami perubahan yang berarti ketika Islam lahir bagi bangsa Arab. Mesjid merupakan sekolah pertama yang bersifat umum dan sistematis dimesjidlah anak-anak dan orang dewasa , baik laki-laki maupun perempuan , menuntut ilmu digunakan oleh kaum fakir miskin untuk berlindung dari dinginnya udara malam sambil belajar agama dan kedamaian , dengan demikian mesjid tetap di fungsikan untuk dua kepentingan yang satu sama lain salin menunjang dan saling menyempurnakan hingga datang masa kekhalifahan umar bin khattab yang membangu  tempat khusus untuk menuntut ilmu anak anak disudut mesjid sejak zaman itulah pendidikan anak mulai tertata.
            Hari jumat merupakan hari libur minggu an sebagai waktu menyiapkan shalat jumat, libur jum’at itu merupakan usulan dari amirul mukminin Umar bin Khattab.
            Demikianlah pendidikan disandarkan pada upaya tertentu yang dilaksanakan oleh individu-individu yang teratur mesjid menjadi pusat pengajian yang didalamnya terdapat kelompok-kelompok studi.

C.   Lingkungan masyarakat

1.  Tanggung jawab masyarakat dalam pendidikan
            Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan menjelan dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang merupakan metode pendidikan masyarakat yang utama , cara yang terpenting adalah  :[9]
Ø   Allah menjadikan masyarakat sebagai penyurh kebaikan dan pelarang kemungkaran sebagai mana di isyaratkan Allah dalam firmannya :
http://sayahafiz.com/images/web/3_110.png
            “ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru pada kebajikan ,menyuru pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar merekalah orang-orang yang beruntung ... “ (  Ali imran : 110 )
Ø   Dalam Masyarakat Islam seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga ketika memanggil seorang anak , siapapun dia mereka akan memanggilnya dengan “ Hai anak saudaraku ! “ , dan sebaliknya setiap anak-anak atau remaja akan memanggil setiap orang tua dengan panggilan “ Hai Paman !“  hal itu terwujud berkat  pengalaman firman Allah dalam surat al-hujrat : 10. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara  ... “ semenjak terbitnya fajar Islam , kaum muslimin telah merasakan tanggung jawab bersama untuk mendidik generasi muda bersumber dari sahabat anas , Al- Bukhari meriwayatkan masalah tersebut : Dahulu aku menjadi pelayan Nabi saw. Aku selalu masuk rumah tampa izin . Suatu hari aku dataang , maka beliau bersabda : Hai anakku, bagai mana kamu ini , jangan sekali-kali kamu masuk tampa meminta izin . “ Dari gambaran diatas , Rasulullah saw. telah mengajari Anas untuk meminta izin dan memanggilnya dengan rasa kekeluargaan  “ Wahai anakku ! “
Ø  Untuk menghadapi orang-orang yang membiasakan dirinya berbuat buruk , Islam membina mereka melalui salah satu cara membina dan mendidik manusia, yaitu kekerasan atau kemarahan .
Ø  Keempat : Pendidikan kemasyarakatan dapat juga dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena bagai manapun , msyarakat muslim adalah adalah masyarakat yang padu. Rasulullah saw. bersabda : “ Kamu melihat kaum mukmin didalam salin mengasihi dan salimn menyayangi , seperti halnya tubuh , jika salah satu anggota tubuh mengeluh sakitmaka anggota tubuh lainnya turut  merasakannya.  “ ( HR. Buhari )
Ø  Pendidikan kemasyarakatan bertumpu pada landasan afeksi masyarakat, khususnya rasa salin mencintai . dalam diri generasii muda , perasaan cinta tumbuh seiring dengan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya sehingga mereka memiliki kesiapan untuk mencintai orang lain.
Ø  Pendidikan masyarakat harus mampu mengajak generasi muda untuk memilih teman dengan baik dan berdasarkan ketakwaan kepada Allah. sesuai fitrahnya, kaumremaja, terutama generasi muda yang sudah akil balig akan cenderung untuk menyukai orang lain dan berbaur dalam suasana.[10]

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

             Berbicara mengenai masalah lingkungan pendidikan Islam berarti kita mempersoalkan lingkungan Rumah tangga, sekolah, dan masyarakat ketiga lembaga tersebut merupakan suatu kesatuan yang turut memberikan distribusi dan mempengaruhi terlaksananya pendidikan pada umumnya dan lingkungan Isla m pada khususnya namun secara mendasar lembaga pendidikan Islam mempunyai prinsip sebagai mana yang dikemukakan oleh muhaimin , dalam pemikiran pendidikan ( 1993 : 287 ) dikatakan perinsip pendidikan Islam itu sebagi berikut :
1. Pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang membawa manusia kepada api Neraka.
2. Pembinaan Ummat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia didunia dan diakhirat.
3. Pembentukan peribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang sarat dengan ilmu pengetahuan , dan keyakinan dan keimanannya sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekali gus mendasari ilmu pengetahuannya.
4. Terlaksananya amar ma’ruf dan nahi mungkar dan membebaskan manusia dari belenggu-belenggu kenistaan .
5. Pengembangan daya pikir, daya nalar daya rasa sehingga dapat menciptakan anak didik yang kreatif  dapat mengfungsinya daya cipta, rasa dan karsanya.


DAFTAR PUSTAKA

 An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,Gema Insani Press. Jakarta 1996.
 Bakry, Sama’un . Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, .Bandung: Pustaka bani quraisy. 2005.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta 1999
 Nata,  Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam I , Logos Wacana Ilmu . Jakarta 1997
 Daradjat, Zakiah Pendidikan Islam dan Keluarga dan Sekolah, Penerbit Ruhama Jakarta 1995.
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta:  Bumi Aksara,1992.




[1] http://blog.re.or.id/pendidikan-islam-indonesia.htm
[2] Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Cet, II;Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 37-38
[3] Ibid, 32
[4] Zakiah Daradjat dkk , Ilmu pendidikan Islam, (cet,.III; jakarta: Bumi Aksara,1995), h. 63-64
[5] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1( cet.I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h.111
[6] Sama’un Bakry, Menggagas Konsep Ilmu Pendidikan Islam, (Cet, ;Bandung: Pustaka bani quraisy, 2005), h. 97
[7] Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:  Bumi Aksara,1992) , h. 177
[8] Hasan Langgulung , Manusia dan Pendidikan suatu analisa psikologidan pendidikan , (Cet, III; Jakarta: PT. Al- Husna Zikra, 1995), h. 376-377 
[9] Abdurrahman Annahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah , Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani press, 1996), h. 146-151
[10] Ibid.hal.176-175

No comments:

Post a Comment

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

  BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah pembe...