“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah :
Tafsir
Dosen :Ahmad.Darlis,M.Pd.I
Jurusan :
Tarbiyah - PAI (II-A)
Di susun Oleh
Kelompok 2 ( dua)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2015- 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat
rahmat Nya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini merupakan
makalah Tafsir yang membahas “Ayat - Ayat Tentang Risalah ”.Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur
sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan mata kuliah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi . oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Bapak dosen mata kuliah Tafsir
1 Bapak Ahmad Darlis,M.Pd.I yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada
kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Orang tua, teman dan kerabat yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.
Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan.Untuk itu kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna
meningkatkan kualitas makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan
hanya Allah-lah yang punya dan maha kuasa .Harapan kami, semoga makalah
yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat tersendiri bagi generasi muda
islam yang akan datang, khususnya dalam bidang
Tafsir.
Tanjung Pura, Maret, 2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Segala puji bagi Allah SWT., Rabb semesta
alam. Shalawat dan salam mudah-mudahan senantiasa Allah SWT. karuniakan kepada
sang Baginda Rasulullah SAW., sang revolusioner dunia dari ratusan abad yang
lalu hingga sekarang, juga atas segenap keluarga, para sahabat, para tabi’in
serta pengikut beliau hingga akhir zaman.
Sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW
sebagai rasul, sejak itulah kenabian dam kerasulan berakhir. Kenbian dan
kerasulan memang sudah berakhir, namun risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW adalah risalah sepanjang masa hingga datangnya Hari Kiamat kelak.
Allah SWT. telah mengutus rasul-Nya
SAW setelah manusia berpaling dari ajaran risalah samawiyah sebelumnya. Dan
menghilang, atau hampir menghilang pengaruhnya dalam meluruskan kehidupan
manusia. Maka datanglah dakwahnya yang abadi sebagai pembaharuan dakwah tauhid
yang didakwahkan oleh semua rasul. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa risalahnya
adalah penyempurna bagi risalah-risalah langit yang sebelumnya.
Dalam makalah ini, kami akan
membahas tentang tafsir ayat-ayat yang berkenaan tentang risalah.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tafsir surah An-Nahl: 36
2. Menjelaskan tafsir surah Asy-Syura:
51-52
3. Menjelaskan tafsir surah Al-Hadid:
25
C. Tujuan Penulisan
1. Agar memahami tafsir dari surah
An-Nahl: 36
2. Agar memahami tafsir dari surah
Asy-Syura: 51-52
3. Agar memahami tafsir dari surah
Al-Hadid: 25
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Risalah
Risalah yaitu suatu yang diwahyukan
Allah SWT berupa prinsip hidup, moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan
manusia agar terwujud kebahagian di dunia dan akhirat.
Secara harfiyah, risalah berasal
dari bahasa Arab yang artinya pesan atau message. Pembawa risalah disebut
rasul, utusan, atau pembawa risalah.
Dalam konteks agama (Islam), istilah
risalah dimaknai sebagai kerasulan, yakni para pembawa pesan dari Allah SWT
(wahyu). Jadi , risalah Islam adalah pesan-pesan Allah SWT yang
terangkum dalam ajaran agama Islam sebagai panduan jalan bagi umat.
B. Tafsir tentang ayat-ayat Risalah
1. Tafsir Surah An-Nahl:36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ
هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي
الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
a.
Terjemahan Ayat
Dan
sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu
dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul)
b. Tafsir
Jalalayn
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولًا (Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat) seperti Aku mengutus kamu kepada
mereka أَنِ
(untuk) artinya untuk
menyerukan اعْبُدُوا
اللَّهَ ('Sembahlah Allah)
esakanlah Dia (dan jauhilah thaghut,') berhala-berhala itu janganlah kalian
sembah فَمِنْهُمْ
مَنْ هَدَى اللَّهُ (maka di antara umat itu
ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah) lalu ia beriman وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ (dan ada pula
di antaranya orang-orang yang telah pasti) telah ditentukan عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ (kesesatan
baginya) menurut ilmu Allah, sehingga ia tidak beriman. ۚ فَسِيرُو (Maka
berjalanlah kalian) hai orang-orang kafir Mekah فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
(di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan) rasul-rasul mereka, yakni kebinasaan yang akan mereka alami nanti.[1]
c.
Tafsir Al-
Misbah
Telah
Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang mengatakan kepada umatnya,
"Sembahlah Allah semata dan jauhilah seluruh tiran yang merusak."
Rasul tersebut telah menyampaikan risalah dan membimbing mereka. Lalu
segolongan dari mereka ada yang sudi mendengar bimbingan itu dan menerimanya.
Maka Allah memberinya petunjuk berupa kesiapan yang baik untuk mengikuti jalan
yang lurus. Sementara segolongan lain dari mereka berpaling dari kebenaran
sehingga berjalan pada jalan yang tidak benar. Maka Allah pun menurunkan
siksa-Nya kepada golongan tersebut. Jika kalian meragukan hal ini, hai
orang-orang musyrik Mekah, maka berjalanlah di muka bumi yang dekat dari
kalian. Lihat dan perhatikanlah bagaimana azab Allah menimpa orang-orang yang
mendustakan para rasul seperti kaum 'Ad, Tsamûd dan kaum Nabi Lûth, dan
bagaimana kesudahan nasib mereka yang binasa dan merugi.[2]
d.
Tafsir Ibnu
katsir
“Maka
senantiasa Allah mengutus Rasul-rasul kepada manusia, menyeru manusia supaya
menyembah Allah Yang Esa dan menjauhkan diri dari Thaghut, sejak
terjadinya manusia mempersekutukan yang lain dengan Allah pada kaum Nuh, yang
diutus kepada mereka Nuh. Maka Nuh itulah Rasul yang mula-mula sekali diutus
oleh Allah ke muka bumi ini, sampai ditutup dengan kedatangan Muhammad saw.
Yang dakwahnya melingkupi manusia dan jin di timur dan di barat, dan samasekali
itu adalah menurt satu pokok firman Allah, yaitu membawa wahyu pada tidak ada
tuhan melainkan Allah dan hendaklah kepada Allah saja beribadah.”
Kata
Ibnu Katsir seterusnya: “tidak ada Allah Ta’ala menghendaki bahwa mereka
menyembah kepada Dia, bahkan dia telah melarang mereka berbuat demikian dengan
perantaraan lidah Rasul-rasulNya. Adapun kehendak Allah didalam mewujudkan
sesuatu yang mereka ambil alasan mengatakan takdir, tidaklah hal itu dapat
dijadikan hujjah, karena Tuhan Allah memang menciptakan neraka, dan penduduknya
ialah syaitan-syaitan dan kafir, tetapi tidaklah Allah ridha hambaNya menjadi
kafir. Dalam hal ini Tuhan mempunyai alasan yang cukup dan kebijaksanaan yang
sempurna.”
Allah
tidak memerintahkan manusia dengan suatu perintah yang jelas-jelas dia ketahui
akan menghalangi seorang makhluk dari Qudrah-Nya itu atau mendorong mereka
secara paksa untuk menyalahi-Nya. Dan tanda ketidak ridhaan-Nya akan
penentangan terhadap perintah-Nya adalah seperti yang dilakukan oleh
orang-orang yang mendustakan-Nya.
“maka
diantara mereka da orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dan diantara mereka
ada yang tetap diatasnya kesesatan. Maka berjalanlah dibumi dan pandanglah,
bagaimana kesudahannya orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Sesungguhnya
Iradah Sang Pencipta Yang Maha Bijaksana menginginkan penciptaan manusia dengan
segala kesiapannya untuk menerima petunjuk atau kesesatan. Dia membiarkan
mereka bebas dalam memilih salah satu dari dua jalan diatas, membekali mereka
akal pikiran agar ia bisa menentukan dengan akalnya itu salah satu diantara dua
pilihannya. Namun, hal itu setelah Allah memperlihat ayat-ayat petunjuk-Nya
dijagat raya sana yang bisa dijangkau oleh mata, telinga, hati, dan akal
manusia-kapan saja pekat malam dan gemilau nya cahaya sian berputar.
Kemudian
rahmat Allah berkehendak kepada hamba-hamba-Nya agar tidak membiarkan mereka
mengandalkan akalnya semata. Maka, dia meletakkan bagi akal itu barometer yang
kuat (mizan tsabit) pada syari’at-syari’at-Nya yang dibawa oleh para
rasul-rasul-Nya akal akan merujuk ke barometer tersebut setiap kali terasa
samar pada urusan manusia ditengah jalan, agar dapt memastikan kebenaran
pilihannya atau kekeliruannya melalui mizan tsabit dan tidak akan sirna oleh
manisnya tarikan-tarikan hawa nafsu.
Allah
juga tidak menjadikan para rasul-Nya itu sebagai hamba-hamba yang keras, yang
mematahkan batang-batang leher manusia agar mereka beriman, tidak sama sekali.
Akan tetapi, para rasul itu dijadikan-Nya hanya sebagai penyampai (Mubaligh),
misi-Nya tidak lebih dari itu. Mereka mengajak manusia untuk beribadah hanya
kepada-Nya dan menjauhi setiap selain-Nya seperti berhala-berhala, hawa nafsu,
syahwat, dan kekuasaan.
2. Tafsir Surah Al-Hadid: 25
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا
بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا
الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ
يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
a. Terjemahan Ayat
Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan
telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong
(agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
b. Tafsir Jalalayn
(Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami) yaitu malaikat-malaikat-Nya kepada
nabi-nabi[3] - بِالْبَيِّنَاتِ
(dengan membawa
bukti-bukti yang nyata) hujah-hujah yang jelas dan akurat وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ (dan telah Kami turunkan bersama mereka
Alkitab) lafal Alkitab ini sekalipun bentuknya mufrad tetapi makna yang
dimaksud adalah jamak, yakni al-kutub وَالْمِيزَانَ
(dan neraca)
yakni keadilan لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ
وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ
(supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi) maksudnya Kami keluarkan
besi dari tempat-tempat penambangannya فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ (yang
padanya terdapat kekuatan yang hebat) yakni dapat dipakai sebagai alat untuk
berperang وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ
وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ (dan berbagai manfaat
bagi manusia, dan supaya Allah mengetahui) supaya Allah menampilkan; lafal
waliya'lamallaahu diathafkan pada lafal liyaquman-naaasu مَنْ يَنْصُرُهُ
(siapa yang menolong-Nya) maksudnya siapakah yang menolong agama-Nya dengan
memakai alat-alat perang yang terbuat dari besi dan lain-lainnya itu وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ (dan
rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya) lafal bil-ghaibi menjadi hal
atau kata keterangan keadaan dari dhamir ha yang terdapat pada lafal
yanshuruhu. Yakni sekalipun Allah tidak terlihat oleh mereka di dunia ini. Ibnu
Abbas r.a. memberikan penakwilannya, mereka menolong agama-Nya padahal mereka
tidak melihat-Nya. إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
(Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa) artinya Dia tidak memerlukan pertolongan
siapa pun, akan tetapi perbuatan itu manfaatnya akan dirasakan sendiri oleh
orang yang mengerjakannya[4].
c. Tafsir Ibnu Katsir
“Sesungguhnya
Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata,”
yaitu dengan mukjizat-mukjizat, hujjah-hujjah dan dalil-dalil yang kuat. “Dan
telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab,” yaitu berita yang benar, “dan
neraca,” yaitu neraca keadilan. Maksudnya, kebenaran yang diakui kebenarannya
oleh akal-akal yang sehat. “Supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” Yaitu,
supaya manusia dapat hidup dengan benar dan adil, dengan mengikuti para utusan
Allah apa yang telah diperintahkan dan dilarang oleh mereka. Itulah kebnaran
yang tidak ada setelahnya melainkan kesesatan semata-mata. Hal ini sebagaiman
firman Allah Ta’ala, “Telah sempurnalah klimat Tuhanmu dengan benar dan adil,”
yaitu benar didalam beritanya dan adil di dalam perintah serta larangannya.
Allah SWT
berfirman, “Dan Kami cipatakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat.”
Yaitu, kami telah menjadikan besi untuk menakut-nakuti orang yang menolak
kebenaran dan menentangnya, setlah hujjah disodorkan kepadanya. Itulah
sebabnya Rasulullah saw. Bermukim dikota Mekah setelah kenabian selama 13
tahun, yan g telah diwahyukan kepada beliauu surah-surah Makkiyah yang semuanya
itu merupakan bantahan terhadap orang-orang musyrik, penerangan dan penjelasan
mengenai tauhid. Setelah hujjah tegak di hadapan orang-orang yang menentang,
Allah mensyari’atkan hijrah dan memerintahkan mereka untuk berperang dengan
pedang, memancung batang leher dan kepala siapa saja yang menentang,
mendustakan dan membangkang terhadap Al-Qur’an. Itulah sebabnya Allah
berfirman, “Yang padanya terdapat kekuatan yang hebat,” yang dimaksud adalah
persenjataan, seperti pedang, tombak, lembing, baju besi, dan sebagainya. “Dan
berbagai manfaat bagi manusia,” yang berguna dalam kehidupan meraka, seperti
bajak, kampak, beliung, gergaji, dan alat-alt bertenun, berladang, memasak,
membuat roti, dan semua yang hidup manusia yang tidak akan terarah kecuali
denga memakai alat itu.
Selanjutnya
Allah berfirman, “Dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong-Nya dan rasu-rasul-Nya
padahal Allah tidak dilihatnya.” Yaitu, orang yang niatnya menyandang pedang
dalah menolong Allah dan rasul-Nya. “Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi
Mahaperkasa,” yang akan memberikan pertolongngan kepada siapa yang
menolong-Nya, tanpa dilator belakangi kebutuhan-Nya terhadap manusia. Allah
mensyari’atkan jihad hanyalah untuk menguji sebagian mereka dari sebagian
yang lain.[5]
3. Tafsir Surah Asy-Syura: 51-52
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ
يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ
رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ۞
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا ۚ مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا
الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ
نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
a.
Terjamahan Ayat
Dan tidak
mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali
dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang
utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (51) Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
(52)
b.
Tafsir Jalalayn
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ
يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا
(Dan tidak
mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali)[6] dengan
perantaraan وَحْيًا (wahyu) yang
Dia wahyukan kepadanya di dalam tidurnya atau melalui ilham أَوْ (atau)
melainkan مِنْ
وَرَاءِ حِجَابٍ (di belakang
tabir) seumpamanya Allah memperdengarkan kalam-Nya kepadanya, tetapi dia tidak
dapat melihat-Nya, sebagaimana yang telah terjadi pada Nabi Musa a.s. أَوْ
(atau) kecuali يُرْسِلَ رَسُولًا (dengan
mengutus seorang utusan) yakni malaikat, seperti Jibril فَيُوحِيَ
(lalu
diwahyukan kepadanya) maksudnya, utusan itu menyampaikan wahyu-Nya kepada rasul
yang dituju بِإِذْنِهِ
(dengan seizin-Nya) dengan
seizin Allah مَا يَشَاءُ ۚ (apa
yang Dia kehendaki) apa yang Allah kehendaki. ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ (Sesungguhnya
Dia Maha Tinggi) dari sifat-sifat yang dimiliki oleh semua makhluk حَكِيمٌ
(lagi Maha
Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya. (51) ۞ وَكَذَٰلِكَ
صِرَاطٍ مُسْتَقِيم
(Dan
demikianlah) maksudnya, sebagaimana Kami wahyukan kepada rasul-rasul selain
kamu أَوْحَيْنَا
إِلَيْكَ (Kami wahyukan
kepadamu) hai Muhammad رُوحًا
(wahyu) yakni
Alquran, yang karenanya kalbu manusia dapat hidup مِنْ أَمْرِنَا ۚ (dengan
perintah Kami) yang Kami wahyukan kepadamu. مَا كُنْتَ تَدْرِي (Sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui) sebelum Kami mewahyukan kepadamu مَا الْكِتَابُ (apakah
Alkitab) yakni Alquran itu ا
وَلَالْإِيمَانُ (dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu) yakni syariat-syariat dan tanda-tanda-Nya Nafi
dalam ayat ini amalnya di-ta'alluqkan kepada Fi'il dan lafal-lafal sesudah
Fi'il menempati kedudukan dua Maf'ulnya وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ (tetapi Kami
menjadikan Alquran itu) wahyu atau Alquran itu نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ
لَتَهْدِي (cahaya, yang Kami
tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan
sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk) maksudnya kamu menyeru dengan
wahyu yang diturunkan kepadamu ِلَىٰ صِرَاطٍ (kepada
jalan) tuntunan مُسْتَقِيمٍ
(yang lurus)
yakni agama Islam.(52)[7]
c.
Tafsir
Al-Misbah
Seorang manusia tidak akan diajak bicara oleh
Allah kecuali melalui wahyu--yaitu pengutaraan tutur ke dalam kalbu--baik
berupa ilham maupun mimpi. Atau dengan cara memperdengarkan suara ilahi tanpa
si pendengar dapat melihat pembicaranya. Dapat juga dengan cara mengutus
malaikat yang dapat dilihat dan dapat didengar suaranya untuk kemudian mewahyukan
kepadanya, dengan izin Allah, apa saja yang dikehendaki-Nya. Allah benar-benar
Mahaluhur, tidak dapat dicegah, lagi Mahabijaksana atas segala urusan- Nya.
(51) Seperti Kami menurunkan wahyu kepada rasul-rasul sebelummu, Muhammad, Kami
juga mewahyukan kepadamu al-Qur'ân ini untuk menghidupkan kalbu dengan seizin
Kami. Sebelum diwahyukan kepadamu, kamu tidak pernah tahu apa itu al-Qur'ân.
Begitu juga dengan syariat (ajaran-ajaran agama) dan masalah keimanan. Tetapi
Kami kemudian menjadikan al-Qur'ân itu sebagai cahaya amat terang yang dapat
dijadikan petunjuk bagi orang yang memilih petunjuk. Dengan al-Qur'ân ini kamu
benar-benar mengajak ke jalan yang lurus.(52)
BAB III
Penutup
A. KESIMPULAN
Ayat ini
menyatakan allah telah mengutus nabi Muhammad diantara umatnya ada yang
menerima dengan baik ajarannya dan adapula yang membangkang. Hal ini juga
dialami oleh rasul-rasul sebelumnya. Mereka menyampaikan agar umatnya tunduk
dan patuh dengan penuh pengagungan kepada tuhan yang maha esa.
Risalah berasal
dari bahasa arab yaitu arsala, yursilu, risalah yang artinya Utus. Dalam
konteks ini, yang mengutus adalah Allah SWT dan utusannya adalah Nabi Muhammad.
Beliau ditugaskan untuk menyebarkan ajaran yang hanya menyembah satu Tuhan,
yaitu Allah. Bentuk ajarannya adalah Islam yang selalu diartikan dengan
selamat, karena berasal dari kata salamah.
Allah mengutus
pada setiap umat seorang Rasul. Walaupun penerapan syari’at dari tiap Rasul
berbeda-beda, namun Allah mengutus para Rasul dengan tugas yang sama. Beberapa
diantara tugas tersebut adalah:
o
Menyampaikan
risalah Allah ta’ala dan wahyu-Nya.
o
Memberikan
kabar gembira dan memperingatkan manusia dari
segala kejelekan.
o
Memperbaiki
jiwa dan mensucikannya.
o
Meluruskan
pemikiran dan aqidah yang menyimpang.
o
Menyampaikan
Ajaran Tauhid
o
Membimbing
umatnya menuju jalan yang benar agar mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat
o
Menyatukan
iktikad dan keyakinan umatnya bahwasannya Allah SWT adalah Zat maha kuasa
o Mengajarkan
kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang digariskan Allah SWT.
o Muhammad Rasul
Terakhir
“ Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari
seorang laki-laki di antara kamu tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup
nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad
Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4
cetakan kelima. Jakarta, Gema Insani. 2005
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, jilid ke XIV,
Cet ke-VI, Pisangan, Ciputat, Tangerang: Lentera Hati, 2006
Jalalud– Din – Al-Mahalliy dan Jalalud– Din –
Al-Mahalliy,Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul Terjemahan Mahyudin Syaf dan Bahrun Abubakar Cet 1, (
Bandung:Sinar Baru, 1990.
[1]
. Jalalud–
Din – Al-Mahalliy dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Terjemahan Mahyudin Syaf dan
Bahrun Abubakar ( Bandung:Sinar Baru,Cet 1,1990)hal.1081.
[2]
. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah,
jilid ke 7, Cet ke-V Pisangan, Ciputat, Tangerang: Lentera Hati, 2004)hal..230
[3]
.op.cit. Jalalud– Din – Al-Mahalliy
dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Hal.2389
[4]
.Ibid.hal. 2390
[5]
. Muhammad Nasib
ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4 cetakan
kelima.( Jakarta, Gema Insani. 2005) hal.608 609
[6]
Op.cit. Jalalud– Din – Al-Mahalliy
dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Hal.2101.
[7]
.Ibid.hal.2102
No comments:
Post a Comment