Monday 28 March 2016

“Tafsir Surah” “Al-Ikhlas & Thaha ayat 14”



“Al-Ikhlas & Thaha ayat 14”
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”

Mata Kuliah    : Tafsir
Dosen              :Ahmad.Darlis,M.Pd.I
Jurusan            : Tarbiyah - PAI  (II-A)

Di susun Oleh
Kelompok 2 ( dua)

Diana Triwulandari
Ardiansyah
Berlian Habibi
Suryani Tarigan


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2015- 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini merupakan makalah Tafsir  yang membahas TafsirAl- Iklas &  Thaha ayat 14  .Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan mata kuliah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala­­-kendala yang kami hadapi teratasi . oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak dosen mata kuliah Tafsir 1  Bapak Ahmad Darlis,M.Pd.I yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2.  Orang tua, teman dan kerabat  yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.
Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan.Untuk itu kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah  yang punya dan maha kuasa .Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat tersendiri bagi generasi muda islam yang akan datang, khususnya dalam bidang Tafsir.



Tanjung Pura, Maret, 2016



DAFTAR ISI

 






BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Balakang Masalah.


Umat islam sebagai umat beragama harus mengetahui setiap masalah yang berhubungan dengan agamanya, termasuk yang berhubungan dengan Tuhan mereka yaitu Allah SWT. Seorang muslim yang tidak mengenal Tuhannya, bisa dipastikan bahwa agama mereka kurang dan tidak sempurna.
            Sangat ironi apabila ada seorang muslim tidak bisa mengenal Tuhannya, apalagi Allah SWT telah membuka dua jalan untuk bisa mengenal-NYA, yaitu al-qur’an dan hadist. Kalau ada seorang muslim yang tidak mengenal Tuhan, bagaimana keadaan dirinya ketika dia puasa, zakat dan terutama ketika dia sholat ?, apa mereka melakukan semua aktifitas itu karna kebiasaan saja.
            Allah SWT telah menurunkan al-Qur’an kepada hambanya sebagai buku pedoman untuk menyempurnakan agamanya. Didalam buku pedoman tersebut Allah SWT menjelaskan berbagai macam hal secara komplit termasuk penjelaskan siapa sebenarnya Allah SWT dan bagaimana seharusnya seorang muslim harus bersikap kepada Tuhannya. Disini kami membahas tentang keesaan allah dari tafsiran surah Al iklas dan Surah Taha Ayat 14.

B. Rumusan Masalah

a.  Bagaimana penefsiran surah Al Iklas?
b . Bagaimana Penafsiran surah Taha ayt 14?



BAB II
PEMBAHASAN

A.        Surah Al Ikhlas dan Terjemah


قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾


Artinya:
1). Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
2). Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan
4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia

B.     Keutamaan Surat Al-Ikhlas

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda: “Demi Dzat Yang jiwaku ada ditanganNya, sesungguhnya dia (surat Al-Ikhlas) sebanding sepertiga Al-Qur’an”.(HR.Bukhari).
Dikatakan sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an karena kandungan Al-Quran ada tiga macam: Tauhid, kisah-kisah dan hukum-hukum. Dan dalam surat ini terkandung sifat-sifat Allah yang merupakan tauhid sehingga surat ini sebanding atau sama dengan sepertiga Al-Qur’an.
Imam Bukhari meriwayatkan bahwa telah diceritakan kepadanya oleh Ismail, dari Malik, dari Abdur Rahman bin Abdullah bin Abdur Rahman bin Abu Sha’sha’ah, dari ayahnya, dari abu Sa’d, bahwa seorang laki-laki lain membaca Qulhuwallahu ahad berulang-ulang. Pada keesokan harinya ia datang kepada Nabi saw. Melaporkan hal itu, seakan-akan ia mempersoalkannya, kemudian Nabi bersabda, “Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya surah ini sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an

C.        Asbabun Nuzul Surat al-Ikhlas ayat 1-4

Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Khuzanah, dari Abul ‘Aliyah, yang bersumber dari Ubay bin Ka’ab. Diriwayatkan pula oleh ath-Thabarani dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari Jabir bin ‘Abdillah bahwa kaum musyrikin meminta penjelasan tentang sifat-sifat Allah kepada Rasulullah saw, dengan berkata, “Jelaskan kepada kami sifat-sifat Rabb-mu.” Ayat Al-Ikhlash 1-4 ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai tuntunan untuk menjawab permintaan kaum musyrikin.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas, diriwatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah, dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Sa’id bin Jubair, bahwa beberapa orang Yahudi, diantaranya Ka’ab bin al-‘Asyraf dan Hayy bin Akhthab, menghadap Nabi saw, mereka berkata, “Hai Muhammad, lukiskan sifat-sifat Rabb yang mengutusmu.” Ayat Al-Ikhlash 1-4 ini turun untuk menerangkan sifat-sifat Allah.
Menurut as-Suyuthi kata al-musyrikiin (kaum musyrikin) dalam hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka’ab adalah kaum musyrikin dari kaum Ahzab. Dengan demikian dapat dipastikan Madaniyyah, sesuai hadits Ibnu ‘Abbas.Jadi tidak ada pertentangan antara dua hadits di atas. Hal ini diperkuat pula oleh riwayat Abusy Syaikh di dalam kitab al-‘Azhamah dari Aban, yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar menghadap Nabi saw. dan berkata: “Hai Abul Qasim. Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Rabb-mu.” Rasulullah  saw. tidak menjawab, sehingga turunlah Jibril membawa wahyu, yaitu surat ini (al-Ikhlash 1-4) yang melukiskan sifat-sifat Allah.



D.    Tafsir Surah  Al – Ikhlas

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾
Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa[1]
Yakni diahlah tuhan yang satu,yang esa, yang tidak ada tandinganya,tiada pembantunya. Lafaz ini tidak boleh dikatan secara I’sbat terhadap seseorang kecuali kepada allah SWT.karna dia maha sempurna dalam segala sifat dan perbuatanya.
اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
Makna bergantung kepadanya adalah semua mahluk dalam kebutuhan dan sarana mereka bergantung dan memohon kepada allah.Ali Ibnu Thalhah telah meriwayatkan dari ibnu abbas bahwa makna yang dimaksud adalah tuhan yang maha sempurna dalam kemulianya maha besar yang mahasempurna atas kebesaranya,maha penyatun yang maha sempurna dalam sifat penyantunya,maha mengetahui yang sempurna dalam psegala pengetahuanya dan maha bijaksana yang maha sempurna dalam kebijaksanaanya.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣
Mustahil Dia beranak. Yang memerlukan anak hanyalah makhluk bernyawa yang menghendaki keturunan yang akan melanjutkan hidupnya. Seseorang yang hidup di dunia ini merasa cemas kalau dia tidak mendapat anak keturunan. Karena dengan keturunan itu berarti hidupnya akan bersambung. Orang yang tidak beranak kalau mati, selesailah sejarahnya hingga itu. Tetapi seseorang yang hidup, lalu beranak dan bersambung lagi dengan cucu, besarlah hatinya, karena meskipun dia mesti mati, dia merasa ada yang menyambung hidupnya.
Oleh sebab itu maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mustahil memerlukan anak. Sebab Allah hidup terus, tidak akan pernah mati-mati. Dahulunya tidak berpemulaan dan akhirnya tidak berkesudahan. Dia hidup terus dan kekal terus, sehingga tidak memerlukan anak yang akan melanjutkan atau menyambung kekuasaan-Nya sebagai seorang raja yang meninggalkan putera mahkota.[2]
وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾
 
“Dan tidak ada bagi-Nya yang setara, seorang jua pun.” (ayat 4). Keterangan: Kalau diakui Dia beranak, tandanya Allah Tuhan itu mengenal waktu tua. Dia memerlukan anak untuk menyilihkan kekuasaan-Nya.
Kalau diakui diperanakkan, tandanya Allah itu pada mulanya masih muda yaitu sebelum bapa-Nya mati. Kalau diakui bahwa Dia terbilang, ada bapa ada anak, tetapi kedudukannya sama, fikiran sihat yang mana jua pun akan mengatakan bahwa “keduanya” akan sama-sama kurang kekuasaannya. Kalau ada dua yang setara, sekedudukan, sama tinggi pangkatnya, sama kekuasaannya atas alam, tidak ada fikiran sihat yang akan dapat menerima kalau dikatakan bahwa keduanya itu berkuasa mutlak. Dan kalau keduanya sama tarafnya, yang berarti sama-sama kurang kuasa-Nya, yakni masing-masing mendapat separuh, maka tidaklah ada yang sempurna ketuhanan keduanya. Artinya bahwa itu bukanlah tuhan. Itu masih alam, itu masih lemah.[3]
Yang Tuhan itu ialah Mutlak Kuasa-Nya, tiada berbagi, tiada separuh seorang, tiada gandingan, tiada bandingan dan ada tiada tandingan. Dan tidak pula ada tuhan yang nganggur, belum bertugas sebab bapanya masih ada!
Itulah yang diterima oleh perasaan yang bersih murni. Itulah yang dirasakan oleh akal cerdas yang tulus. Kalau tidak demikian, kacaulah dia dan tidak bersih lagi. Itu sebabnya maka Surat ini dinamai pula Surat Al-Ikhlas, artinya sesuai dengan jiwa murni manusia, dengan logika, dengan berfikir teratur.
Tersebutlah di dalam beberapa riwayat yang dibawakan oleh ahli tafsir bahwa asal mula Surat ini turun: “Shif lanaa rabaka” ialah karena pernah orang musyrikin itu meminta kepada Nabi (Coba jelaskan kepada kami apa macamnya Tuhanmu itu, emaskah dia atau tembaga atau loyangkah?).
Menurut Hadis yang dirawikan oleh Termidzi dari Ubay bin Ka’ab, memang ada orang musyrikin meminta kepada Nabi supaya diuraikannya nasab (keturunan atau sejarah) Tuhannya itu. Maka datanglah Surat yang tegas ini tentang Tuhan.

E.     Surat thaha ayat 14 :



Artinya : “Sesungguhnya Aku inilah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. 20 Thaha: 14)

اللَّهُ أَنَانَّنِي إِ

Sesungguhnya, Aku ini adalah Allah, Tuhan kamu;Ini adalah penekanan yang kuat. Lain dengan ayat 12 sebelum ini. Dalam ayat itu, perkataan yang digunakan adalah: إِنِّي . Sekarang, perkataan إِنَّنِي pula yang digunakan. إِنِّي  dah cukup kuat tapi ditambah lagi pada perkataan itu sebagai penekanan yang lebih kuat. bukan itu sahaja, ditambah أَنَا  (Aku) pula lagi.
Pada bagian awal surat Thaha ayat 14 Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku ini Allah”. menganalisis firman Allah tersebut maka bahwa sesungguhnya Allah itu ingin dikenal. Firman Allah pada surat Thaha tersebut senada dengan
Pada surah Thaha Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku ini Allah”. Ayat tersebut mengintruksikan kepada manusia kewajiban untukdisimpulkan bahwa firman Allah pada surat Thaha ayat 14 mengindikasikan bahwakewajiban pertama bagi manusia adalah terlebih dahulu mensucikan hatinya agar ia dapatmengenal Tuhannya.



لا إِلَهَ إِلا أَنَا
Tidak ada tuhan yang dipuja, disembah dan diibadati, melainkan kepada Aku sahaja;
Pelajaran tauhid paling penting adalah kenal Allah. Tanpanya semua tidak ada nilai. Amat malang zaman sekarang, penekanan kepada ilmu tauhid sudah tidak diambil kira lagi. Manusia sibuk dengan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu tasauf, ibadat, feqah, dan sebagainya. Ada kepentingan kepada ilmu-ilmu itu, tapi apabila mereka belajar ilmu-ilmu itu tanpa mendalami dan berpegang kepada ilmu tauhid, semua itu adalah sia-sia sahaja.
Musyrikin Mekah percaya dengan Allah tapi iman mereka tak lengkap. Tiada yang layak disembah selain Allah. Ada elemen eksklusif dalam ayat ini. Hanya Allah sahaja yang patut kita memperhambakan diri. Golongan Musyrikin Mekah percaya kepada Allah, tapi mereka tidak beribadat kepada Allah sahaja, mereka ada banyak lagi pujaan-pujaan lain selain dari Allah. Pemahaman mereka tentang Allah amatlah jauh dari yang sepatutnya. Begitu juga masyarakat kita sekarang ini pun. Ini semua adalah kerana mereka tidak faham ilmu tauhid yang sepatutnya mereka pelajari.
Maka, inilah kewajipan pertama yang perlu diketahui oleh semua mukallaf: iaitu mengetahui bahawa tidak ada ilah yang layak disembah melainkan Allah.

فَاعْبُدْنِي

Oleh sebab itu, maka hendaklah kamu sembah Aku sahaja;
ibadat kepada Aku sahaja, doa kepada Aku sahaja. Kalau kita tidak sebut perkataan ‘sahaja’, itulah sebab ada yang sangka boleh ibadat kepada yang lain. Mereka kata mereka dah sembah Allah, tapi dalam masa yang sama, mereka sembah juga benda lain.
Inilah tafsir untuk surah Fatihah yang selalu kita baca hari-hari itu – Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus. Jalan yang lurus itu adalah menyembah Allah.
Apakah bukti syahadah yang kita lafazkan hari-hari itu? Ianya terbukti apabila kita melakukan ibadat hanya kepadaNya sahaja. Bukan hanya dalam ibadat khusus sahaja. Tapi hendaklah kita ini menjadi hamba kepada Allah. Apabila kita kata kita memperhambakan diri kepada Allah sahaja, itu bermakna kita hanya turut arahan Allah sahaja.

الصَّلَاةَ وَأَقِمِ

Dan dirikanlah solat
Ibadat yang paling utama adalah solat. Dalam ayat ini, Allah menggunakan perkataan أَقِمِ iaitu ‘mendirikan’ dan Allah tidak mengatakan ‘lakukanlah solat’. Ini adalah kerana solat itu bukanlah hanya perbuatan yang dimulakan dengan niat dan disudahi dengan salam itu sahaja. Tapi ianya merangkumi semua perbuatan dan syarat-syarat termasuk persediaan untuknya. Ini termasuklah dengan menjaga wuduk kita, menjaga masa, menjaga tempat solat itu, pakaian kita, khusyuk dan menunggu untuk solat seterusnya. Itu semua kita akan dapat pelajari apabila kita belajar hadis-hadis Nabi tentang solat. Imam Syafi’I berkata bahwa malik meriwayatkat dari ibnu syihab dari ibnu Musayyab,Rasulullah bersabda:[4]
“ Barang siapa lupa megerjakan shalat,hendaklah ia mengerjakanya dia ingat.sesengguhmya Allah berfirman,”drikanlah salat untuk mengingatku”.

لِذِكْرِي

untuk mengingatiKu.
Tujuan utama solat adalah untuk mengingat Allah. Tuan-tuan, kita mungkin ada sedikit rasa cemburu kerana Nabi Musa dapat berkata-kata terus dengan Allah. Tapi ingatlah bahawa kita juga telah diberi peluang untuk bercakap-cakap dengan Allah dalam solat kita. Itulah peluang untuk kita mengadu, berkata-kata kepada Allah. Oleh itu, jangan lepaskan peluang untuk mendirikan solat apabila telah masuk waktunya. 
Ayat ini juga menunjukkan kepentingan khusyuk dalam solat. Kerana Allah sebut, tujuan solat adalah untuk mengingatiNya. Tetapi kalau kita solat dan kalau kita ingat perkara lain dalam solat selain Allah, maksudnya kita sudah tidak menepati tujuan solat itu. Maknanya kalau kita main-main dalam solat dan kita asyik teringatkan perkara lain seperti orang lain, kerja-kerja kita yang tak habis, dan berbagai-bagai lagi fikiran kita yang menerawang itu pergi, itu bermakna, kita tidak ingat Allah dalam solat itu.
Begitu pentingnya solat sampaikan kita disuruh solat dalam setiap keadaan – kalau kita tidak boleh berdiri, kita boleh solat dalam keadaan duduk. Kalau tidak boleh duduk, kita boleh solat berbaring. Walaupun kita tidak boleh bergerak pun, ada lagi cara-cara lain bagaimana kita boleh lagi solat.
Begitu pentingnya solat sampaikan di hujung-hujung hayat baginda, Nabi masih lagi pergi solat di masjid walaupun baginda sudah tidak larat untuk berjalan sendiri ke masjid. Sampaikan baginda telah meminta dua sahabat untuk memapah baginda dan membawa baginda untuk solat berjemaah di masjid. Oleh kerana baginda seorang yang tinggi, walaupun mereka memapah baginda, tapi kaki baginda menyeret tanah.
Begitu juga dengan kisah Umar. Apabila beliau telah ditikam yang akhirnya membawa kepada kematian beliau, beliau masih lagi mahu solat berjemaah lagi. Walaupun waktu itu beliau dalam kesakitan. Ini semua adalah kerana ajaran dari Nabi yang amat mementingkan solat.
Lihatlah juga bagaimana waktu solat itu disusun supaya ianya perlu dilakukan dalam lima waktu sepanjang kehidupan kita dalam sehari. Ini semua adalah supaya kita dapat menggunakan solat itu sebagai satu amalan yang dapat mengembalikan kesegaran dan kekuatan iman kita kembali.
Ayat ini juga sebagai dalil untuk menyatakan bahawa semua Nabi dan rasul diperintah untuk mengerjakan solat dan perintah juga telah diberikan kepada umat mereka. Bukanlah umat Nabi Muhammad sahaja yang melakukan solat, tapi umat-umat yang lain juga. 



BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan


Dari peenjelasan Tafsir Surah Al _ Iklas dan Taha ayat 14 dapat disimpulkan bahwa Pelajaran tauhid paling penting adalah kenal Allah. Tanpanya semua tidak ada nilai. Amat malang zaman sekarang, penekanan kepada ilmu tauhid sudah tidak diambil kira lagi. Manusia sibuk dengan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu tasauf, ibadat, feqah, dan sebagainya. Ada kepentingan kepada ilmu-ilmu itu, tapi apabila mereka belajar ilmu-ilmu itu tanpa mendalami dan berpegang kepada ilmu tauhid, semua itu adalah sia-sia sahaja.
Ibadat yang paling utama adalah solat. Dalam ayat ini, Allah menggunakan perkataan أَقِمِ iaitu ‘mendirikan’ dan Allah tidak mengatakan ‘lakukanlah solat’. Ini adalah kerana solat itu bukanlah hanya perbuatan yang dimulakan dengan niat dan disudahi dengan salam itu sahaja.



DAFTAR FUSTAKA


                                         ,.Al Qur’an dan Terjemahan ,Jakarta: Departemen    Agama RI. 2004
Al-farran Ahmad Mustafa. Tafsir al-  Imam asy Syafi’I, terjemah Ghazali masykur .Jakarta:Almahira. 2008.
Al hafiz. Syaikh imam,.Tafsir Ibnu Katsir & Jalalain Samudera Al Fatihah,al-Ikhlas,Al-Falaq&An-Nas.Jakarta:KDT.2015.
Hamka ,Buya,Tafsir Al – Azhar http://tafsir.cahcepu.com/alikhlas/al-ikhlas-1-4/ diakses 19 Maret 2016 pukul 20.30 Wib.









[1] Syaikh imam al hafiz,Tafsir Ibnu Katsir & Jalalain Samudera Al Fatihah,al-Ikhlas,Al-Falaq&An-Nas,(Jakarta:KDT,2015)hal.259
[2] Ibid.hal.246
[3] Buya Hamka,Tafsir Al – Azhar http://tafsir.cahcepu.com/alikhlas/al-ikhlas-1-4/ diakses 19 Maret 2016 pukul 20.30 Wib.
[4] Ahmad Mustafa al-farran,Tafsir al-  Imam asy Syafi’I, terjemah Ghazali masykur  ( Jakarta:Almahira,2008).hal .93

No comments:

Post a Comment

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOPERATIF DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

  BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah pembe...